Hujan turun dengan derasnya saat Renata terbangun dari mimpinya yang aneh. Renata mengingat mimpinya lagi, mimpi yang selalu hadir belakangan ini, dia terjatuh kedalam sebuah lubang gelap besar yang semuanya hitam, hitam sampai ia tak mampu melihat apapun disana, tapi ia tetap melangkah dalam kegelapan sampai ia melihat sebuah sinar yang menyilaukan matanya dan ia tiba-tiba berada dalam sebuah taman aneh tanpa warna, seperti sebuah taman yang berada dalam bingkai foto hitam putih, di timur ia melihat mentari masih malu-malu menampakkan sinarnya, di ufuk timur itu dia melihat seorang gadis berambut sebahu mengenakan gaun berwarna merah marun ditengah taman hitam putih itu, dan saat gadis itu menengok ke arah Renata, mentari pagi keluar dari peraduannya, dan ia hilang disana sebelum Renata sempat melihat wajah gadis itu.
Renata masih duduk termenung di tempat tidurnya, ia bingung sendiri memikirkan mimpinya itu, yang entah berarti apa. Hujan turun dengan deras saat ia terbangun tadi, dan diluar masih gelap belum ada tanda-tanda kemunculan mentari pagi diluar sana. Ia melihat jam beker disampingnya, pukul 04.00 WIB, masih terlalu pagi untuk bangun dan bersiap ke sekolah. Tapi ia beranjak juga dari kasurnya yang cukup hangat, namun ia tak tergoda untuk berlabuh ke pulau mimipi lagi, ia terlalu pusing jika harus bermimpi itu lagi.
***
Renata baru tiba di gerbang SMA MENTARI, 5 menit setelah bel berbunyi. Dia tadi ketiduran di meja makan usai menengguk secangkir kopi, aneh-aneh aja ini anak masa abis minum kopi kok malah ketiduran. Untung gerbang belum ditutup seluruhnya, masih ada sedikit celah saat pak Satrio satpam sekolah akan menutup gerbang itu, Renata langsung berlari menerobosnya dengan senyum usil yang ditujukan pada pak Satrio.
Jam pertama Pelajaran fisika, Renata melangkah tenang, males juga ngikut pelajaran hari ini, akhirnya ia memutuskan untuk nggak ikut pelajaran, Ia melangkahkan kakinya ke tangga bangunan utara tempat kelas sepuluh berada yang otomatis berlawanan sama ruang kelas 12 yang berada di bangunan selatan, ia menaiki tangga sampai lantai tiga, disana ada sebuah taman, bukan taman yang kaya' taman pada umumnya. Inget taman di film high school musical, taman ini persis kaya' taman itu. Dan Ini taman juga buat kepentingan sekolah, yaitu buat pelajaran juga. Ini bisa juga dibilang tempat cabut paling aman buat Renata. Saat itu ternyata ada anak yang lagi praktikum, melihat itu Renata langsung ngumpet dibalik pot gede takut ketauan bu Rika guru bio kelas 10, Cuma ada 15 anak disana mungkin ini Cuma persiapan buat lomba bio minggu depan, pandangan renata tertuju pada seorang cewek yang serba merah, rambutnya sebahu yang dikuncir nyamping, manis banget, dan dia pake jam tangan, gelang, kacamata, iket rambut, dan kaos kaki berwarna merah ngebuat dia paling mencolok diantara temen"nya. Dan cewek itu mengingatkannya pada cewek bergaun merah marun di mimpinya.
" Re,, dari mana aja lo." Tanya Dika saat Renata baru memasuki ruang kelas pada saat istirahat pertama.
" Biasa..." jawab Renata datar, seraya duduk disamping Dika.
" Tadi lo dicariin bu Ling tu, kaya' nya lo bakal dapat tugas fisika buanyaaak banget deh gara-gara lo cabut mulu pas pelajaran Fisika........,,,." Kata Dika panjang lebar yang sama sekali nggak di dengerin ama Renata yang lagi asyik sama pikirannya sendiri.
" Eh, Dik, lo tau anak kelas sepuluh yang sering pake assesoris merah nggak?" Dika yang lagi serius nyeritain pelajaran Fisika tadi pagi langsung melongo tanda bingung yang sebingung-bingungnya.
" Hehhhh.... Maksud lo Re? Jadi dari tadi lo sama sekali nggak dengerin gue... wah sarap lo Re." ucap Dika yang kesel gara-gara Re sama sekali nggak dengerin dia ngomong.
" Hehe.. sorry broo... abis dari tadi lo bacot tentang bu Ling mulu, itu kan topik yang nggak menarik banget buat gue." Jawab Renata sambil cengengesan.
" Eh tapi tadi lo nanya apa cewek???? Tumben lo nanya cewek, selama hampir tiga taun gue bareng ama lo, ini baru kedua kalinya lo ngomongin cewek, yang pertama juga Cuma gara-gara satu cewek yang ngikutin lo kemana-mana, dan itu juga buat kasih tu cewek pelajaran."
"Udah, diem lo, ini gue serius tu cewek kelas sepuluh ngingetin gue sama cewek yang ada di mimpi gue." Jawab Renata serius.
" Hahh... sumpe lo Re, cewek yang ada di mimpi yang sering lo ceritain itu."
" Iya, gue jadi penasaran ama itu cewek, lo harus bantuin gue nyelidikin tu cewek merah."
" okee boss, Dika siaap."
Tari berdiri didepan gerbang, nungguin Riska temen sebangkunya buat pulang bareng. Sedangkan di warung depan sekolah dua orang cowok dari tadi ngawasin Tari. Dua cowok itu tak lain dan tak bukan adalah Dika dan Renata.
" Manis juga Re tu cewek kelas sepuluh." Ucap Dika sambil cengengesan ngegodain Renata yang serius mandangin tu Cewek.
" Apa lo, mau dikemanain tu cewek lo si Liana, ini jatah Gue tau." Sambil noyor kepala Dika.
" Yeee sewot, iye iye gue tau."
" Ssssssttt, Dia udah mau pulang tu, cepetan ambil motor lo, kita ikutin Dia." Kata Renata.
Riska udah sampai di depan Tari bersama sepeda polygon ungunya. Tari yang melihat itu langsung tersenyum.
" Yuk Tar, cap cus.." ucap Riska setelah sampai di depan Tari.
" Yuhuuu... kita pulang sistaaa." Jawab Tari seraya duduk di boncengan belakang sepeda Riska.
Sepeda Riska berjalan pelan di siang yang cukup panas ini, tapi wajah mereka berdua sama sekali nggak menunjukkan kalo mereka keberatan atas sinar matahari yang tercurahkan begitu banyaknya, mereka malah adem ayem aja, ketawa ketiwi sepanjang perjalanan.
Mereka sama sekali nggak sadar kalo ada dua orang cowok sedang mengikuti mereka yang memang agak jauh dari Tari dan Riska. Tari dan Riska sudah sampai di Gang cempaka, gang dimana rumah Tari berada.
" Sorry ya Tar, gue nggak bisa nganter lo sampai depan rumah, nyokap gue nyuruh gue pulang cepet-cepet, sorry banget banget ya Tar." Kata Riska dengan tampang nyesel.
" Iyaa a... biasa aja kali Ris, rumah Gue kan juga udah deket." Jawab Tari sambil tersenyum.
" Yaudah Tar.. bye." Ucap Riska kemudian sambil melambaikan tangan dan berlalu pergi meninggalkan tari.
Agak jauh ke sebelah utara gang rumah Tari ada dua orang cowok berpakaian putih abu abu, berdiri di bawah sebuah pohon lindung kota. Tari sempat memandang kesana sebentar tanpa kecurigaan apapun, dan segera melangkah menuju rumahnya karena perutnya udah bener-bener lapar.
"Dik, lo tunggu sini bentar yaa, gue mau ngikutin tu cewek sampe depan rumahnya, dan ada tugas buat lo, lo harus nyariin gue nomor hapenya tu cewek." Kata Renata.
" Iyeee gue tau.. udah sana keburu ngilang tu cewek inceran lo."
Renata mulai mengikuti Tari, dia berada sekitar 10 meter dari cewek manis serba merah itu. Saat Tari nengok dia cepet cepet ngumpet di balik pohon. Dan akhirnya Tari berhenti pada sebuah rumah sederhana yang begitu indah. Tari masuk ke dalam, setelah Renata menunggu 10 menit, dia menghampiri rumah Tari. Gerbangnya merah, di balik gerbang ada sebuah jalan setapak lurus menuju pintu utama, rumah itu berwarna putih bersih, yang mempunyai taman yang begitu indah. Di Kiri kanan jalan setapak itu ada sebuah pagar tanaman hijau. Sungguh rumah yang begitu indah. Setelah merasa cukup Renata meninggalkan rumah Tari tanpa tahu bahwa sepasang mata gadis manis itu menatapnya dari jendela kamarnya di lantai dua dengan tatapan bingung.
Renata sibuk menimang-nimang i-phone keluaran terbarunya, dia bingung mau nelpon Tari sekarang atau nggak. Dia nggak yakin apa Tari bakalan ngangkat telepon darinya..........................
nahhh karena Renata bingung aku juga bingung lanjutinnya gimana...hehe
BERSAMBUNG.....
By Intan Cahya Alfiana. *iCa >Next.PART2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H