Mohon tunggu...
Dwi Wahyu Intani
Dwi Wahyu Intani Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer - content writer

"The pen is the tongue of the mind" -- Miguel de Cervantes

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sepucuk Asa dari Pedalaman Mansinam, Papua Barat

9 November 2024   09:30 Diperbarui: 9 November 2024   09:42 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi oleh Papua Future Project


Selain kegiatan belajar mengajar di kelas, PFP juga aktif memberikan edukasi terkait kesehatan untuk anak-anak dan masyarakat Mansinam. Secara aktif, mereka turun ke lapangan mengajak anak-anak maupun warga sekitar sadar akan pentingnya menjaga kesehatan.  Mereka mensosialisasikan pentingnya vaksinasi kepada para orangtua yang selama ini ditakuti. Mereka mengajarkan cara cuci tangan yang benar pada anak-anak agar tidak mudah tertular penyakit, dan sebagainya. 

Dalam hal ini, PFP berkolaborasi dengan UNICEF Indonesia dan Kementerian Kesehatan agar semakin kompleks jangkauan edukasi yang bisa diberikan. Selain literasi membaca dan menulis, Papua Future Project juga bertekad memberikan akses kesehatan yang terjangkau bagi daerah tertinggal. Karena seperti  yang kita ketahui, akses kesehatan juga menjadi momok bagi daerah tertinggal di Indonesia. Bagai peribahasa 'sekali dayung dua tiga pulau terlampui', inklusivitas inilah yang juga ingin diwujudkan oleh PFP untuk Papua.


Belajar dari Brischo Jordy Padatu, penggagas Papua Future Project

Dokumentasi oleh Papua Future Project
Dokumentasi oleh Papua Future Project

"Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia" --- Bung Karno


Sepertinya, inilah yang ingin diaminkan oleh Brischo Jordy Padatu, penggagas Papua Future Project. Laki-laki kelahiran Jayapura ini memiliki tekad yang amat besar untuk mewujudkan pendidikan dan literasi yang inklusif di Papua.  Ia ingin anak-anak di Papua bisa belajar dan mendapatkan pendidikan yang  merata agar tidak tertinggal dengan daerah-daerah lain yang sudah maju.

Jordy, nama sapaannya, menginisiasi Papua Future Project ketika ia masih duduk di bangku kuliah. Saat itu, ia sedang belajar di President University jurusan Hubungan Internasional. Ketika pandemik COVID-19 merebak, ia kembali ke kampung halamannya, yaitu Kota Manokwari. Saat itulah, ia menyadari bahwa kesenjangan pendidikan di papua ternyata begitu tajam. Selama pandemik, anak-anak di Papua banyak yang tidak belajar. Ketika ia mendatangi beberapa pulau sekitarnya, seperti salah satunya Pulau Mansinam, ia juga mendapati betapa tertinggalnya literasi di wilayah ini. Padahal, pulau ini hanya berjarak sekitar 6 kilometer dari pusat kota Manokwari.

Bayangkan saja, di sebuah pulau yang lokasinya tak jauh dari pusat kota saja memiliki akses pendidikan yang sangat minim. "Bagaimana dengan wilayah-wilayah lain yang lebih terpencil?", pikirnya.

Tak banyak mengambil waktu, Jordy akhirnya memutuskan untuk membentuk suatu komunitas relawan mengajar untuk anak-anak Papua. Ia ingin anak-anak Papua tetap belajar di tengah pandemik. Ia kemudian mengajak lima orang rekannya untuk memulai kegiatan volunteering di Pulau Mansinam.

Dokumentasi Papua Future Project
Dokumentasi Papua Future Project


Jordy bersama kawan-kawanya akhirnya mendatangi Mansinam dengan menggunakan perahu kecil yang biasa digunakan warga sekitar untuk menyeberang pulau. Ia menemui kepala kampung dan kepala sekolah untuk mensosialisasikan programnya. Gayung bersambut, tawaran Jordy ternyata mendapat sambutan yang luar biasa. Programnya direstui oleh banyak pihak di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun