Dengan demikian, pendidikan dikembangkan sesuai dengan semangat kebudayaan masyarakat setempat (Amin, 2016). Pendidikan secara merata memberi kesamaan dasar pendidikan dan mengurangi perbedaan antara golongan tinggi dan rendah (Musyarifah, 2018).
Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan
Adapun konsekuensi atau dampak mobilitas sosial bagi masyarakat, terdapat dampak yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang bersifat positif yaitu dapat mendorong seseorang untuk lebih maju, mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik, serta meningkatkan integrasi sosial. Selain itu, adanya mobilitas sosial juga dapat memberikan motivasi bagi masyarakat untuk maju dan berprestasi agar dapat memperoleh status yang lebih tinggi (Elfahmi et al., 2018). Sedangkan dampak negatifnya yaitu timbulnya konflik, berkurangnya solidaritas kelompok dan timbulnya gangguan psikologis (Kurniawati & Lestari, 2018).
Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Elfahmi et al., (2018) dimana mobilitas sosial dalam masyarakat menimbulkan banyak ragam konflik yang mungkin terjadi, seperti terjadinya konflik antar kelas, antar generasi, antar kelompok dan lain sebagainya. Hal ini akan berakibat pada menurunnya solidaritas baik kelompok atau antar kelompok. Lebih lanjut menurut Seknun (2015), dampak negatif mobilitas sosial bagi individu seperti timbulnya rasa ketegangan, keangkuhan dengan memamerkan kekayaan, keguncangan kehidupan keluarga dengan bertambahnya perceraian atau keretakan keluarga.
Sedangkan bagi seseorang yang bermental kuat dan sehat akan dapat menghindari dampak tersebut walaupun ia menanjak dengan cepat dalam kedudukan dan kekayaannya. Secara rinci Horton dan Hunt (1987) mencatat beberapa konsekuensi negatif adanya mobilitas sosial, seperti kecemasan akan terjadinya penurunan status bila terjadi mobilitas menurun, ketegangan dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkatkan keretakan hubungan antara anggota kelompok primer yang semula karena seseorang berpindah ke status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Seseorang karyawan perusahaan yang dipromosikan menduduki jabatan tertentu, misalnya, besar kemungkinan akan menimbulkan rasa iri di antara sesama rekan lamanya dan bukan tidak mungkin akan menjadi bahan pergunjingan, meskipun kenaikan kariernya itu sebenarnya sesuai dengan aturan yang berlaku, mobilitas sosial dapat merenggangkan ikatan sosial yang sudah lama terjalin sehingga memungkinkan pula terjadinya keterasingan di antara warga masyarakat.
Di lingkungan kelas sosialnya yang baru, seseorang yang baru saja naik status belum tentu diterima dengan tangan terbuka. Seseorang yang kaya mendadak karena mendapat lotre atau warisan hibah, mungkin saja tetap dianggap bukan sebagai bagian dari kelompok elite, karena belum atau tidak memiliki gaya hidup yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H