Tinjauan pustaka pertama yang penulis gunakan yaitu jurnal milik Natasya Yudha, berjudul "APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI KIRAB BOYONG GROBOG". Di dalamnya membahaas tentang Kirab Boyong Grobog. Kirab diadakan dari Kelurahan Grobogan menuju Pendopo Kabupaten Grobogan yang berada di pusat kota Purwodadi. Selanjutnya, acara diakhiri dengan memperebutkan gunungan yang telah didoakan. Apresiasi dan semangat masyarakat terhadap seni tradisional Boyong Grobog sangat tinggi. Masyarakat memiliki cara sendiri dalam memberikan apresiasi dengan berperan sebagai pelaksana/peserta, penonton, serta orang yang mengetahui sejarah keberlangsungan tradisi.
      Tinjauan pustaka berikutnya yaitu skripsi milik Elisa Paskah Purwasanti yang ditulis pada tahun 2022 dengan judul "KISAH DIBALIK SEBUAH GROBOG (Sebuah Film Dokumenter tentang Tradisi Kirab Boyong Grobog)". Sesuai dengan judulnya, Elisa mengangkat topik sejarah atau kisah dibalik sebuah grobog yang menjadi pusaka utama dalam tradisi kirab Boyong Grobog. Kurangnya masyarakat dan anak muda dalam mengetahui kilas balik atau sejarah tradisi Kirab Boyong Grobog menjadi alasan topik ini dibahas dan dibuatkan film dokumenter oleh Elisa Paskah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus mengenai bagaimana sejarah, proses pelaksanaannya, pengetahuan masyarakat dan generasi muda akan  Tradisi Kirab Boyong  Grobog, pendekatan ini sangat baik untuk menggali secara mendalam dan komprehensif tentang peristiwa, proses, dan perkembangan sejarah di wilayah tersebut. Studi kasus ini memungkinkan peneliti untuk memahami konteks sosial, budaya, dan politik yang membentuk sejarah Boyong Grobog secara unik.
Penelitian ini akan berfokus pada pemahaman konteks sejarah Boyongan secara aspek sosial, budaya. Subjek dari penelitian ini yaitu masyarakat Grobogan yang melestarikan budaya Boyong Grobog. Data yang dikumpulkanpun akan berupa data kualitatif, seperti teks sejarah, jurnal, buku sejarah dan sumber literatur lain yang relevan dengan penelitian ini.
PEMBAHASAN
Sejarah Tradisi Kirab Boyong Grobog
      Tradisi Kirab Boyong Grobog ini selalu di lakukan setahun sekali di tanggal 3 Maret sehari sebelum hari jadi Kabupaten Grobogan, tradisi ini dilakukan guna untuk bentuk nguri-nguri budaya atau melestarikan budaya sebagai bentuk semangat dan apresiasi masyarakat Grobogan, selain itu tradisi ini juga sebagai peringatan perpindahan pusat pemerintahan, yang awal pusat pemerintahan terletak di Kelurahan Grobogan di pindahkan ke Kecamatan Purwodadi yang sekarang menjadi pusat pemerintahan. Awal terbentuknya pemerintahan Grobogan di beri nama Monconagari oleh upati pertama yaitu Adipati Martopuro atau julukannya Adipati Puger (Pangeran Puger) pada 4 Maret 1726. Pada tahun 1964 pusat pemerintahan dipindahkan.
Pada proses pemindahan ini di namakanlah Boyong Grobog  dari kata "Boyong" yang artinya memindahkan dan "Grobog" yang artinya tempat pusaka/dokumen-dokumen, hal ini menjadi simbol perpindahan pemerintahan  yang hingga saat ini masih di lestarikan, namun dengan adanya perkembangan zaman banyak masyarakat yang kurang tahu detail sejarah Boyong Grobog ini, dilihat dari masyarakat generasi muda yang tidak tahu betul akan tradisi ini, dan selain itu ketika penulis mencari sumber literatur bentuk buku/dokumen sejarah boyong Grobog di perpustakaan daerah penulis tidak menemukan arsip mengenai tradisi ini, namun penulis datang ke Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata (DISPORABUDPAR) Untuk mencari sejarah dari Boyong Grobog ini dalam bentuk tulisan/buku/dokumen/file pdf.
Runtutan Acara Kirab Boyong Grobog
Tradisi kirab Boyong Grobog ini pastinya memiliki runtutan acara kirab tersendiri, dalam urutan ini memiliki makna dan nilai yang terkandung di dalamnya yang tidak bisa di ubah-ubah. Dalam kirab ini memiliki susunan tersendiri urutan iring-iringannyapun memiliki makna.