Peringatan 90 tahun sumpah pemuda ini seyogyanya menjadi refleksi bangsa Indonesia, khususnya pemuda untuk dapat menjawab tantangan -- tatangan zaman yang semakin kompleks. Apa yang dapat pemuda lakukan dalam pembangunan bangsa ?
Hal itu menjadi pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh setiap pemuda saat ini. Bagaimana cara pemuda mampu survive dalam mengembangkan diri, menciptakan lapangan -- lapangan pekerjaan, menginisiasi industri kreatif, dan berperan aktif dalam perekonomian kita, baik secara mikro atau makro.
Pemuda Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam 'persaingan' global, terutama pada bidang ekonomi. Negara -- negara maju mendorong pemudanya untuk menciptakan komoditas -- komiditas baru untuk memperkuat perekonomian, seperti halnya di Korea Selatan yang sukses 'menularkan' virus musik K-Pop hingga Drakor (film drama korea), yang saat ini justru sangat digemari pemuda di tanah air.
Bonus demografi yang digadang -- gadang akan membuat Indonesia mampu bertransformasi menjadi negara maju juga menyimpan ancaman, bahwa negara kita hanya akan menjadi pasar (konsumen) ekspansi dari industri pada tingkat global karena ketidakmampuan kita untuk bersaing dan berinovasi. Masalah ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama, tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, namun seluruh stakeholders yang peduli dengan bangsa dan negara kita.
Tantangan zaman kita tidak hanya pada persaingan dan ekspansi ekonomi global, namun juga pada fenomena revolusi industry 4.0. Sejatinya, ketika hal ini tidak diberikan perhatian yang serius dan lebih, maka bonus demografi yang akan dimiliki bangsa Indonesia menjadi tidak ada artinya. Revolusi indutri 4.0 akan berpotensi besar mengubah 'tatanan' kehidupan manusia, dimana dampaknya sedikit demi sedikit sudah terlihat di era saat ini.
Perubahan tatanan kehidupan itu jelas akan mengubah seluruh peta kehidupan sosial dan ekonomi kita, dimana salah satunya  berdampak perubahan lapangan -- lapangan pekerjaan, yang masih bersifat konvensional menuju penggunaan teknologi digital.
Kita tidak menginginkan pemuda kita hanya 'dimanfaatkan' sebagai pekerja -- pekerja industry ekonomi global yang hanya akan mengutungkan negara -- negara maju saja.Â
Kedaulatan bukan lagi hanya masalah mempertahankan tanah air kita, namun telah masuk dalam sendi 'kedaulatan manusia' Indonesia, yang sesungguhnya harus banyak memberikan kontribusi dan pengorbanannya untuk bangsa dan negara.
Pemuda mempunyai 'tatangan' yang semakin berat, namun pemuda Indonesia telah banyak menciptakan sejarah -- sejarah gemilang pada masa lampau, realitas ini harus mampu disadari dan dimanfaatkan oleh seluruh pemuda agar dapat bahu membahu menjadi penompang sang ibu pertiwi.
Maka, negara harus mengambil inisiatif mendorong semua elemen masyarakat lebih peduli era Industri 4.0. Dengan memberi pemahaman yang lebih utuh dan mendalam, masyarakat dengan sendirinya akan terdorong untuk bersiap menghadapi sekaligus merespons perubahan-perubahan dimaksud.Â
Pun menjadi sangat penting adalah mendorong sektor pendidikan nasional --dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi-- menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan tantangan dan kebutuhan pada era sekarang ini. Kurikulum yang membuka akses bagi generasi milenial mendapatkan ilmu dan pelatihan untuk menjadi pekerja yang kompetitif dan produktif.