Tegal merupakan wilayah di pesisir utara laut Jawa memiliki potensi yang melimpah, tidak hanya pada bidang pariwisata dan kuliner tetapi juga dalam hal budaya. Tegal memiliki keberagaman jenis budaya yang berkembang ditengah kehidupan masyarakat sekitar salah satunya yaitu kesenian wayang. Kesenian wayang golek cepak Tegal merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Tegal hingga sekarang.Â
Selain sebagai hiburan, kesenian wayang golek cepak juga mengandung nilai moral yang disampaikan pada saat pementasan wayang, keunikan wayang golek cepak ini ada pada cara dalang menyampaikan pesan moral cerita yang dibawakan dengan sangat mengena kepada para penonton wayang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami bagi semua kalangan sehingga mudah diterima.
Karakteristik wayang golek cepak memiliki ciri pada bentuk kepala yang datar, di Tegal terdapat dua tokoh wayang yang sangat terkenal dikalangan masyarakat yang bernama Lupit dan Slentheng.Â
Setiap lakon wayang tersebut memiliki makna yang berbeda, jika Lupit sebagai lakon wayang yang bersifat tegas dan cerdas layaknya seorang pemimpin, sedangkan Slentheng merupakan lakon yang dekat dan pemberi nasehat kepada pemimpinya.Â
Dalang Tegal yang sangat terkenal bernama Ki Enthus Susmono yang memiliki kemahiran dalam memainkan wayang golek tegal ini, melalui keahlian dan kreativitasnya Ki Enthus Susmono menciptakan wayang hasil dari pemikirannya sendiri yang disebut dengan wayang santri, keberadaan wayang santri tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Tegal karena eksistensinya terus hidup ditengah kehidupan masyarakat Tegal.Â
Wayang santri merupakan wayang yang berasal dari wayang golek cepak yang ditampilkan dengan nuansa islami, wayang santri sebagai keunikan kesenian Tegal pada awalnya hanya ditujukan untuk para santri tetapi seiring berjalannya waktu tidak hanya para santri yang dapat menikmati persembahan wayang tetapi masyarakat umum dapat menikmati pertunjukan wayang santri Tegal tersebut.Â
Wayang santri yang dibawakan oleh Ki Enthus Susmono sebagai media dakwah mengandung tiga ciri yang menjelaskan hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam.
Kesenian wayang golek cepak Tegal dipentaskan dengan iringan musik gamelan jawa dan sholawat sebagai nuansa islami, bahasa yang digunakan saat pementasan wayang menggunakan bahasa jawa ngoko dengan dialek ngapak khas Tegalan sehingga dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat karena bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari, tema cerita yang dibawakan pada saat pementasan wayang oleh dalang berbeda-beda disesuaikan dengan acaranya.Â
Dalam pementasan wayang golek cepak ini selalu memberikan pesan-pesan moral yang mampu membuat para penonton terhibur dan memberikan apresiasi pada saat pementasan wayang telah selesai.Â
Pementasan wayang golek cepak juga biasa dijadikan sebagai pengiring ritual dalam berbagai acara di masyarakat dan menjadikan kesenian ini tetap hidup di kemajuan zaman.Â
Kesenian wayang golek cepak Tegal sering ditampilkan pada hari-hari besar seperti pada hari jadi Tegal, hari kemerdekaan, bahkan seringkali dipentaskan pada hari besar islam.Â