Tak lama, papa ku datang. Dia terduduk lalu menangis tak terbendung. Segera dia merengkuh tubuhku. Beberapa polisi membiarkan papa menangis sambil memeluk tubuhku.Â
Aku segera mendekatinya, sambil menangis ku sentuh pundaknya, tapi tanganku menembus pundaknya. "Pa, ini intan pa" Ujarku berkali kali sambil sesenggukan. Dia tetap tak mendengarku. Aku menangis sejadi jadinya. Aku sadar... Iya.. Aku sudah mati.Â
"Papaaaaaaaa" Teriakku sekeras kerasnya, tapi dia tetap tak mendengarku. Aku hanya bisa menangis dan menangis.Â
"Ya Allah..Rabb ku yang maha baik, aku kenapa, dan kenapa harus aku..??? " Teriakku masih menangis dan terduduk di belakang punggung papa ku.Â
Tak lama, tampak dua orang yang menghampiriku. Aku segera sadar, akhirnya ada yang bisa melihat ku, Ujarku dalam hati.Â
Mereka tersenyum, "ayo, saatnya kita pulang" Ujar salah satu dari mereka. Aku usap air mataku, "pulang kemana kah" Ucapku lirih. Mereka hanya tersenyum, lalu menggandeng tangan ku.Â
Seketika pemandangan sekeliling ku hilang. Berubah. Hitam.Â
Yang tersisa hanya jalan setapak, berupa lorong hitam. Di ujung lorong..tampak cerah.Â
Aku menuruti apa kata mereka, iya aku mengikuti mereka. Menyusuri lorong itu.Â
Ketika di ujung lorong, tampak cerah sekali. Kami berbelok ke arah kiri. Di situ ada masjid indah sekali. Harum sekali. Masjid itu begitu megahnya. Tak pernah kulihat masjid seindah ini. Hati ku kian tak menentu.Â
Tempat apalagi ini. Gumamku dalam hati.Â