Mohon tunggu...
Intan Anugrah Bathari
Intan Anugrah Bathari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Potensi Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi di Indonesia

5 Maret 2022   15:18 Diperbarui: 5 Maret 2022   15:33 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Memajukan Pariwisata (Foto: Dokumen Pribadi Penulis Resensi)

Identitas Buku

Judul buku: Memajukan Pariwisata untuk Pengembangan Ekonomi Nasional dan Daerah

Penulis: Mandala Harefa, dkk.

Penerbit: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI bekerjasama dengan Inteligensia

Intrans Publishing

Tahun: 2019

Tebal; ukuran: xii + 146 halaman; 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-623-92389-0-2

Indonesia yang dikenal dunia sebagai negara kepulauan telah dikaruniai sebuah potensi pariwisata dengan corak yang berbeda-beda di setiap daerah. 

Adanya potensi alam dan berbagai pariwisata di Indonesia patut disyukuri karena merupakan suatu keuntungan bagi bangsa Indonesia, namun boleh jadi sepuluh hingga lima belas tahun ke depan apabila potensi pariwisata ini tidak dijaga, dimanfaatkan, dikelola, serta dikembangkan dengan baik, potensi tersebut tidak akan berarti apa-apa sebab kalah saing dengan destinasi-destinasi wisata mancanegara. 

Sebaliknya, potensi ini akan terus maju dan berkembang bahkan menjadi salah satu sumber pendongkrak perekonomian tertinggi dari tahun-ke tahun jika potensi ini disikapi dengan kebijakan dan strategi pemasaran yang tepat, baik dalam kancah nasional maupun internasional.

Melalui buku berjenis bunga rampai yang membahas sektor pariwisata di Indonesia ini, pembaca akan mengetahui poin-poin penting terkait kepariwisataan di Indonesia. 

Buku ini dibagi menjadi enam bagian. Bagian pertama ditulis oleh Mandala Harefa, seorang peneliti kebijakan publik di pusat penelitian Badan Keahlian DPR RI dengan memfokuskan bahasan mengenai bagaimana perkembangan pariwisata di Indonesia serta perannya dalam perekonomian nasional. 

Pada bagian ini, pembaca akan memperoleh penjelasan bahwa indeks daya saing pariwisata di Indonesia masih perlu ditingkatkan jika Indonesia ingin mencapai pembangunan pariwisata, nilai tambah, lapangan kerja, investasi dari pihak swasta yang ditargetkan (hlm 17). 

Tentu dalam hal ini, daya saing yang ditingkatkan tidak perlu membuang setiap karakteristik daerah pariwisata masing-masing, mengingat hal tersebut merupakan value dari tiap-tiap destinasi wisata yang ada di Indonesia. 

Bagian dua ditulis oleh Rais Agil Bahtiar yang saat ditulisnya buku ini merupakan seorang calon peneliti di pusat penelitian Badan Keahlian DPR RI dan saat tulisan ini dibuat, Bahtiar telah menjabat sebagai peneliti pertama di pusat Badan Keahlian DPR RI. Bahtiar membahas isu mengenai campur tangan (partisipasi dan peranan) masyarakat dalam pembangunan pariwisata. 

Secara garis besar, konsep pariwisata ini berfokus pada sistem pengelolaan destinasi wisata di daerah tempat tinggal yang sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat. 

Sayangnya, belum ada hak-hak otonom di Indonesia yang terealisasi bagi masyarakat untuk secara bebas mengelola destinasi wisata yang ada di daerahnya masing-masing. Dengan kata lain, belum ada pengelolaan destinasi wisata di daerah yang bersih dari campur tangan pemerintah pusat. 

Alih-alih mengelola destinasi di daerahnya sendiri, malahan masyarakat tidak memiliki kedudukan yang sejajar dengan pemerintah yang berkedudukan sebagai fasilitator dan swasta sebagai investor (hlm 42).

Bagian tiga yang ditulis oleh Achmad Sani Alhusain menguraikan pentingnya sumber daya manusia yang unggul dalam menghadapi tantangan pariwisata di Indonesia. Tanpa adanya SDM yang unggul, terlatih, dan siap terjun ke lapangan, nasib pariwisata Indonesia akan terancam mati sepenuhnya. 

Selanjutnya, jika membaca bagian empat buku ini yang ditulis oleh Sahat Aditua Fandhitya Silalahi seorang peneliti ahli madya bidang manajemen industri di pusat penelitian, pembaca akan menemukan bagaimana strategi pemasaran yang tepat dan harus diterapkan pada pariwisata di Indonesia dalam kerangka pengembangan ekonomi di daerah mulai dari identifikasi pemangku kepentingan hingga pengembangan fungsi pendukung karena tidak sembarang cara dapat diterapkan.

Bagian lima buku ini ditulis oleh Dewi Wuryandani memiliki keterkaitan erat dengan kondisi saat ini, yaitu kondisi yang serba digital. Dalam kondisi/ era digital, inovasi marketing di bidang pariwisata harus dilakukan secara nyata. Berbagai platform dan media online sangat dibutuhkan untuk menggencarkan proses promosi. 

Untungnya di tengah perkembangan yang begitu pesat, Indonesia memiliki banyak negara tetangga yang memungkinkan untuk melakukan perjalanan lintas batas karena memiliki kesamaan geografi, kemudahan transportasi, serta murahnya biaya yang dikeluarkan untuk pergi berwisata di Indonesia. 

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa adanya perjalanan wisata lintas batas akan membuka peluang tindak kejahatan seperti penyelundupan narkoba atau kejahatan kriminal lainnya. Maka untuk menyikapi hal ini, dibutuhkan peningkatan keamanan di area belakang/ perbatasan Indonesia dengan negara lain. 

Pada bagian terakhir, yakni bagian enam yang ditulis oleh Burhanudin Mukhamad Faturahman mengulik bagaimana sektor dan kemitraan bagi pariwisata yang ada di Jawa Timur. Di Jawa Timur sendiri, sektor pariwisatanya sangat berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Provinsi ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 239 ribu penduduk per tahun yang artinya provinsi Jawa Timur telah menjadi kontributor penting karena telah menyumbangkan 5.82% terhadap PDRB. Jumlah ini melebihi jumlah PDRB nasional yang hanya berada pada angka 5% (hlm. 107).

Secara keseluruhan terlepas dari siapa penulisnya dari masing-masing bagian, buku ini menarik untuk dibaca karena melalui buku ini, pembaca tidak hanya mengetahui bagaimana potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia, namun pembaca juga mengetahui tantangan yang harus dihadapi, serta bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk menyikapi tantangan-tantangan dalam dunia kepariwisataan. 

Selain itu, faktor lain yang membuat buku ini menarik adalah dalam beberapa pembahasannya mengandung kritik tersirat bahwa sebenarnya masyarakat juga butuh "dianggap ada" dan disetarakan kedudukannya dengan pemangku kebijakan yang lain karena pada dasarnya masyarakat adalah pemangku kebijakan tertinggi yang berhak memiliki kebebasan untuk mengelola segala hal di daerah tempat tinggalnya, termasuk pengelolaan destinasi wisata dalam istilah daerah otonom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun