Grafito juga memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat pada masanya merespon pernikahan beda agama. Ketegangan dan ketidaksetujuan dari tokoh-tokoh agama mencerminkan pandangan sosial yang masih kental dengan norma-norma keagamaan.
Pentingnya peran Dewi Ratih dan Kamajaya sebagai simbol cinta kasih menunjukkan bahwa dalam menghadapi konflik agama, terkadang diperlukan kelembutan, toleransi, dan sikap terbuka untuk mencapai pemahaman bersama. Ini memberikan pesan positif bahwa cinta dapat menjadi kekuatan penyatuan yang lebih besar daripada perbedaan agama.
Penggunaan bahasa dalam bentuk majas memberikan nuansa keindahan dan kedalaman pada naskah, memperkaya pengalaman pembaca atau penonton dalam memahami perasaan dan konflik yang dihadapi oleh para tokoh. Sarkasme yang terdapat dalam beberapa dialog memberikan sentuhan kritis terhadap norma-norma sosial, mengajak penonton atau pembaca untuk merenungkan ulang nilai-nilai yang sering kali dianggap mutlak.
Secara keseluruhan, Grafito karya Akhudiat tidak hanya merupakan kisah cinta yang menghibur, tetapi juga sebuah karya yang mengajak untuk merenung tentang toleransi, pemahaman, dan cinta dalam menghadapi perbedaan agama. Dengan tema pernikahan beda agama yang diangkat, naskah ini tetap relevan sebagai refleksi tentang tantangan dan peluang dalam hubungan antaragama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H