Mohon tunggu...
Istudiyanti Priatmi
Istudiyanti Priatmi Mohon Tunggu... Freelancer - Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Pendonor darah sukarela dan terdaftar sebagai pendonor kornea mata. Founder: ABK UMKM (Yayasan Griya Bina Karya Anak Berkebutuhan Khusus), KRESZ-KRESZ INDONESIA (Green Juice, Sayur Hidroponik, Bloom and Grow POC). Lulusan Magister (S2) Hukum Bisnis UI, S1 Fakultas Ekonomi UI dan Tarakanita. E-mail: v.istudiyanti.priatmi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selaput Dara Buatan vs Mitos Perawan

24 Agustus 2021   16:22 Diperbarui: 24 Agustus 2021   17:39 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SELAPUT DARA BUATAN

Marketers melihat konsep tradisional masyarakat kita yang menjunjung tinggi  nilai keperawanan sebagai ukuran moral dan melihatnya sebagai peluang.  Ini industri!.  Bertebaran di internet tawaran selaput dara buatan, mulai dari produk made in China hingga klaim buatan Jepang.  

"Tinggal pasang 1 jam sebelum malam pertama, lantas saat penetrasi pura-pura kesakitan dan darah buatan akan keluar.  Dijamin original dan kerahasiaan terjaga, Sis", rayu si Seller menyakinkan.  Produk ini belum ada izin edar BPOM dan bahan pembuat produk belum dapat dipastikan aman bagi tubuh, apalagi alat genital sangat sensitif.

Selaput dara buatan dibandrol dengan harga di kisaran Rp200.000,- yang sangat murah dibanding nilai keperawanan plus harga diri dan martabat keluarga besar yang terjaga selamat seumur hidup.

Yang kini jadi pertanyaan apakah selaput dara buatan berarti mengelabui suami?.  Ya mengelabui suami, karena ketidakjujuran sang Istri sebelum melangkah ke jenjang perkawinan.  Apakah salah?. Ya tidak bila perempuan pelaku tindak amoral berjanji bertobat, apalagi bila suami tidak pernah bertanya apakah selaput dara masih utuh atau sudah koyak.

Ooo000ooO

Referensi:

- www.halodoc.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun