Tes keperawanan masuk KOWAD telah dihapus Jenderal Andhika dan saya sangat menyambut gembira. Â Para calon prajurit KOWAD tidak perlu lagi dites apakah selaput daranya masih utuh sebagai ukuran moral pribadinya, sebagaimana calon prajurit lelaki tidak perlu dites keperjakaannya.Â
Selaput dara dalam budaya masyarakat tradisional di Indonesia masih dipandang sebagai ukuran bermoral atau tidaknya seorang gadis dan harus berdarah pada saat penetrasi penis di malam pertama usai upacara perkawinan. Â
Bahkan di satu masyarakat adat, saat malam pengantin beberapa tetua adat berkumpul di depan kamar pengantin dan mereka berdebar menunggu bunyi penanda dari pihak lelaki bahwa istrinya masih perawan. Â Â
SELAPUT DARA DAN PERAWAN
Selaput dara (hymen) adalah selaput tipis yang berada di sekitar 1 - 2 cm  dari bibir vagina yang berfungsi menyaring kotoran agar tidak langsung masuk ke vagina.  Ketebalan selaput dara masing-masing perempuan berbeda antara satu dengan lainnya. Â
Saya teringat di masa remaja tidak diperbolehkan bapak belajar naik motor, karena ada tetangga yang kecelakaan motor dan selaput daranya robek. Â
Ya, karena merupakan selaput tipis, maka kemungkinan robeknya pun dapat terjadi disebabkan aktivitas yang berlebihan seperti naik motor, bersepeda, senam, berkuda, memanjat pohon atau tebing, penggunaan tampon dan sebab lain. Â
Adilkah judgement bahwa seorang atlet panjat tebing atau bikers yang selaput daranya robek adalah seorang tidak bermoral dan tidak bisa menjadi seorang prajurit?. Â Tepuk tangan untuk Jenderal Andhika.
MORAL MENJAGA KESUCIAN
Nilai moral baik dan buruk dalam seorang menjaga kesucian tubuhnya bukan hanya menjadi kewajiban seorang perempuan yang dengan mati-matian harus kekeuh menjaga selaput daranya utuh dan
kelak berdarah di malam pertama, namun menjadi kewajiban lelaki juga dong. Â Yang jadi pertanyaan adalah, bagaimana cara mentes keperjakaan seseorang, hanya ia dan Tuhan yang tahu. Â
Saya melihat tidak relevannya menilai moral seseorang perempuan dari selaput dara dan berdarah tidaknya semata, apalagi saat ini marak operasi kosmetika selaput dara berbiaya belasan juta Rupiah atau menggunakan selaput dara imitasi yang lebih murah.
Marketers melihat konsep tradisional masyarakat kita yang menjunjung tinggi  nilai keperawanan sebagai ukuran moral dan melihatnya sebagai peluang.  Ini industri!.  Bertebaran di internet tawaran selaput dara buatan, mulai dari produk made in China hingga klaim buatan Jepang. Â
"Tinggal pasang 1 jam sebelum malam pertama, lantas saat penetrasi pura-pura kesakitan dan darah buatan akan keluar. Â Dijamin original dan kerahasiaan terjaga, Sis", rayu si Seller menyakinkan. Â Produk ini belum ada izin edar BPOM dan bahan pembuat produk belum dapat dipastikan aman bagi tubuh, apalagi alat genital sangat sensitif.
Selaput dara buatan dibandrol dengan harga di kisaran Rp200.000,- yang sangat murah dibanding nilai keperawanan plus harga diri dan martabat keluarga besar yang terjaga selamat seumur hidup.
Yang kini jadi pertanyaan apakah selaput dara buatan berarti mengelabui suami?. Â Ya mengelabui suami, karena ketidakjujuran sang Istri sebelum melangkah ke jenjang perkawinan. Â Apakah salah?. Ya tidak bila perempuan pelaku tindak amoral berjanji bertobat, apalagi bila suami tidak pernah bertanya apakah selaput dara masih utuh atau sudah koyak.
Ooo000ooO
Referensi:
- www.halodoc.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H