Kutipan para ahli disampaikan Pemohon sebagai berikut: "Bahwa sebagaimana disampaikan oleh Dr. Karen Gurney seorang psikolog klinis serta ahli ilmu kesehatan seksual dan Eithne Mills seorang dosen senior di Universitas Deakin, Victoria serta ahli hukum keluarga Murdoch University dalam Electronic Journal of Law, Vol 12, No #1 & #2, orang-orang yang menjalani terapi sulih hormon atau sedang menjalani operasi pergantian jenis kelamin seperti yang diajukan oleh Pemohon adalah sebuah penegasan eksistensi sebagai jenis kelamin tertentu dari orang tersebut, bukan tentang perbuatan menjadi jenis kelamin yang diinginkan. Sehingga pergantian jenis kelamin merupakan sebuah penyesuaian terhadap norma-norma gender, bukan menantangnya".
Pemohon dengan sadar memilih gender laki-laki dan jelas bukan takdirnya.
Mereka yang buchy, apalagi yang sudah melakukan aneka "penyesuaian gender" dapat dikatakan tidak mungkin menjadi seorang istri dalam relasi heteroseksual kelak atau "sembuh".
FEMME
Istilah femme diberikan kepada pasangan butchy yang berperan sebagai perempuan atau istri. Â Penampilan mereka feminim sebagaimana layaknya perempuan. Â
Mayoritas pengakuan kaum femme, mengapa mereka dapat masuk dalam lingkaran lesbianisme adalah adanya trauma dan luka batin atas sikap dan perlakuan pasangan lawan jenisnya. Â
Mereka mengalami KDRT dan terpikat pada butchy yang menawarkan perlindungan, limpahan kemanjaan, hedonisme dan jaminan kebutuhan fisik. Â Memangnya apa lagi yang dibutuhkan perempuan terpuruk selain hal-hal di atas?.
Nah butchy yang berpengalaman akan menangkap momen terpuruk sang Femme.  Tentu kita belum lupa curhat seorang penyanyi dangdut seksi yang baru putus cinta dan main ke klub, ternyata digoda oleh butchy ganteng sekali yang "dikiranya lelaki" dan membesarkan berita bahwa flirting yang dilakukan si Butchy adalah the best ever flirting she had.  Wow!.  Well, bagi saya sih pelecehan yaa, di tempat umum bagian vitalnya diremet gitu.  Ah sudahlah dunia masih memerlukan sensasi beda.
FAKTOR PENYEBAB
Saya mengutip psikolog Kasandra Putranto yang menyatakan bahwa pengaruh genetika, hormon, proses belajar dan trauma penting dalam mengungkap penyebab seseorang menjadi LGBT. Â Saya khusus menyoroti faktor proses belajar.
Dalam beberapa kaitan dengan fenomena lesbianisme di Indonesia yang marak di media sosial dan kanal Youtube, saya melihat dunia hedonisme yang diiming-imingi para selebritas internet mengubah pola pikir dan proses belajar pemirsa. Â