Kesehatan mental adalah kondisi sehat individu yang dinilai dari kesejahteraan yang nampak dari dalam diri. Penyadaran pada potensi diri sendiri, mempunyai kemampuan dalam mengatasi tekanan hidup pada berbagai situasi dalam kehidupan. Mampu bekerja secara produktif dan mampu memberi kontribusi kepada komunitas.
Dari sana penulis selalu mengecek apakah dirinya sudah sehat secara mental atau belum pada setiap harinya.
Contohnya ketika sedang bekerja di kantor, apakah semua pekerjaan dapat diselesaikan secara profesional dan tuntas dalam waktu yang sudah diset dan tidak ada keluh kesah serta hal negatif lainnya sebagai gangguan mental.
Lalu penulis juga sering berusaha untuk meyeimbangkan emosi. Apakah penulis bisa bersabar dan tetap fokus pada pekerjaan.
Misalkan ketika sedang mengendarai mobil. Tetiba ada mobil yang memotong tanpa memberi tanda terlebih dahulu. Otomatis penulis kaget dan jantung rasanya copot sejenak (apakah jantung bisa copot begitu saja hehe). Lantas penulis harus kembali fokus di jalan tanpa menghujat dan membenci orang itu.
Bagaimana dengan kesehatan fisik? Layaknya orang yang ingin fisiknya sehat, maka orang tersebut akan rutin berolahraga. Ya, penulis juga demikian. Setiap pagi dan sore selalu jalan kaki di taman favorit dan di pekarangan rumah.
Tidak lupa juga selalu makan makanan yang berserat, minum air yang cukup, tidur yang cukup dan berkualitas, serta menjaga gizi yang seimbang. Dari semua ini yang tersulit adalah waktu tidur yang cukup.
Kalau untuk kemajuan spritual bagaimana cara mengelolanya? Untuk ini, penulis banyak melakukan introspeksi diri. Apakah sudah belajar banyak untuk melepas, latihan moralitas, dan bermeditasi.
Penulis sempat mengikuti retret meditasi di vihara gunung pada bulan Juni 2022. Alhasil dari sana bisa membawa dampak yang sangat positif bagi perkembangan spritual penulis.
Lanjut pada jurnal keduaÂ
Penulis belajar untuk selalu merasa puas dengan apa yang dimiliki dan selalu bersyukur dalam setiap momen dan kondisi.