George mengecup keningnya, lembut sekali. “Sebenarnya, tanpa kukatakan pun, kamu sudah mengerti. Betapa besarnya keinginanku untuk membuatmu bahagia. Kebahagiaan yang terbesar bagiku adalah detik-detik di mana aku merasa dapat membahagiakan kamu, Febi.”
Hari-hari selanjutnya dalam hidup Febi adalah musim bunga yang indah. George begitu pandai mengukir kenangan dalam setiap lembar kitab kehidupannya. Setiap warna yang disapukannya ke atas lembaran itu, selalu mampu membuat Febi tersenyum bahagia di wajahnya, di hatinya.
Febi menghela nafas dalam-dalam. Detik-detik bersama George serasa bergulir dengan cepat.
Empat tahun sudah mereka lalui. Empat tahun bergandengan tangan meniti sebuah jembatan yang mereka bangun bersama. Empat tahun berbagi tawa dan air mata.
Kini, haruskah semua itu dibiarkan terenggut oleh sebuah petaka? Haruskah? Akan mampukah mereka, George dan Febi, merelakan kebahagiaan yang diperjuangkan dan dibina bertahun-tahun, menguap begitu saja?
Bersambung ke:
Melewati Deru Prahara (IV - Tamat)
Siska Dewi untuk Inspirasiana
Cerpen ini telah dimuat di Album Cerpen “Anita Cemerlang” edisi 159, 18 April 1985
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI