Ketika lulus ujian, berkali-kali Jo menghubunginya. Tetapi ia sudah bersumpah pada dirinya, tidak akan melihat muka manusia terkutuk itu lagi.
Baginya cinta pertama adalah warna paling putih. Tapi setelah jelaga hitam dari hati Jo bertabur di atas cinta yang disodorkannya… dengan apa pun tidak bisa dibersihkan lagi.
Setelah itu Jo pergi, menghilang bagai ditelan bumi.
Dengan kasih dan doa mama, Vava akhirnya bangkit kembali. Dengan bersandar pada kasih dan bimbingan Tuhan, ia melangkah lagi melalui lorong-lorong sepi dalam hidupnya. Perlahan-lahan, ia benahi kembali hatinya.
Vava mulai kuliah. Ia bertekad membuka lembaran baru dalam hidupnya. Kenangan-kenangan bersama Jo, ia lipat dan kuburkan rapi-rapi bersama puing-puing cinta pertamanya.
Vava berhasil. Tarumanagara menyambutnya dengan hangat dan ramah. Almamater itu makin hari makin mencintai dan dicintainya. Saudara-saudara di Voms, MEGA, Dharmayana, semua ramah kepadanya. Juga POUT yang selalu banjir kasih dan pengertian. Semua membantunya memendam kenangan lama, semakin dalam.
Hari-hari cerah penuh harapan dilaluinya di kampus tercinta ini. Sampai Ferry hadir menawarkan lembaran-lembaran seputih dan sehalus sutra untuk ditulisi bersama.
Bersambung ...
Siska Dewi untuk Inspirasiana
Cerpen ini pernah dimuat di Album Cerpen “Anita Cemerlang” edisi 168, 1 Agustus 1985
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H