Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kisah Lama (II)

3 Oktober 2022   06:00 Diperbarui: 3 Oktober 2022   19:23 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jo menarik nafas panjang. “Aku mulai memburunya dan berharap dapat menemukannya dalam diri nona-nona cantik yang kudekati. Kadang-kadang, aku merasa seperti sudah mendapatkannya. Tapi semua itu tak pernah berumur panjang. Aku lelah, Vava. Lelah sekali.”

Tanpa sadar tangan Vava telah terulur memegang tangan Jo. “Jangan biarkan kelelahan menekanmu terus menerus, Jo. Masa lalu, biarkanlah berlalu. Yang penting adalah meyakinkan diri untuk menghadapi yang terjadi, dan melangkah lagi dengan lebih pasti.”

Hari-hari selanjutnya dalam hidup mereka adalah masa-masa yang penuh semangat dan tawa ceria. Jo tidak lagi menghabiskan waktunya untuk memburu nona-nona cantik. Kalau tidak untuk pelajaran dan organisasi, seluruh waktunya diperuntukkan bagi Vava dan Melin.

Jo memang telah berubah. Gereja yang dulu tidak pernah ada dalam kamusnya, kini pun mulai diakrabinya.

Lalu di sekolah muncul berita baru yang mengejutkan. Johanes Gunawan, Arjuna penakluk nona-nona cantik akhirnya bertekuk lutut di depan seorang gadis sederhana, debu perpustakaan yang selalu luput dari perhatian.

Entah kenapa, Jo dan Vava tidak merasa terganggu oleh berita itu.

Sampai suatu malam, di bawah cahaya bulan yang berwana perak keemasan, Jo berkata dengan nada gemetar dan gelisah.

“Melin sangat menyayangimu. Ia ingin sekali kau menjadi kakaknya.”

“Bukankah selama ini ia memang kuanggap sebagai adik sendiri?”

“Ya, tapi aku mengharapkan lebih dari itu.” Jo menatapnya lekat-lekat.

Vava tiba-tiba merasakan darahnya berhenti mengalir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun