Tapi kepala yang tadi menoleh dan wajah yang memandang tertegun ke arahnya? Meski dari jarak yang agak jauh, Valerie dapat memastikan bahwa matanya tidak salah lihat.
Sepasang mata yang tadi sempat singgah sedetik di wajahnya, sempat memberitahukan Valerie kalau pemuda itu masih mengenalinya.
Ya! Ia memang Jo! Tapi, bagaimana mungkin ia bisa sampai ke tempat ini dan berbaur dengan keakraban anak-anak persekutuan Oikoumene di sini?
Keluar dari elevator, masih dengan hati tak menentu Valerie menyusuri koridor. Sampai di perpustakaan, ia memilih tempat duduk di pojok, menghadap ke arah jendela kaca yang terbuka lebar.
***
Semua penghuni sekolah mereka mengenal Johanes Gunawan. Jagoan dalam dalam pelajaran, jagoan dalam organisasi, juga jagoan dalam menaklukan hati nona-nona cantik.
Maka ketika suatu hari cowok itu muncul di rumahnya, Valerie merasa kaget dan waspada.
“Aku mengganggu?” Jo bertanya dengan senyum khasnya.
Senyum yang oleh beberapa temannya diibaratkan dengan lautan anggur yang memabukkan, bagi Vava adalah racun yang sewaktu-waktu bisa menamatkan riwayatnya jika ia lengah!
“Ada perlu apa?” tanyanya datar tanpa menjawab pertanyaan Jo.