Lembaga amal dan lembaga sosial skala besar harusnya memiliki status hukum yang jelas. Hal ini antara lain dibuktikan dengan akta pendirian yang dicatat notaris dan atau status yayasan yang jelas di mata hukum.
Jangan mudah percaya lembaga amal dan sosial yang rajin beriklan di media sosial dan aplikasi perpesanan, tetapi tidak jelas akta hukumnya.Â
2. Menyajikan laporan keuangan yang transparan kepada donatur dan publik
Setiap lembaga amal dan lembaga sosial terpercaya harus membuktikan kejujuran dengan laporan keuangan transparan pada donatur dan publik. Jika berupa lembaga amal besar, seharusnya ada audit oleh auditor eksternal.Â
3. Proporsi bantuan bagi yang memerlukan harus jauh lebih besar daripada biaya penyaluran
Saya pernah menyumbang sejumlah kecil uang lewat lembaga sosial. Akan tetapi, saya melihat bahwa urusan surat-menyurat lembaga itu menyedot banyak dana.Â
Betapa tidak, saya mendapat dua kali surat via pos padahal sumbangan saya nilainya kecil. Artinya justru dana bantuan mubazir digunakan untuk urusan administrasi yang masih terlalu tradisional.
Dari pengalaman ini, saya belajar memilih lembaga sosial yang memberikan bantuan dalam proporsi lebih besar daripada biaya penyaluran, termasuk gaji pengurus dan urusan administrasi.Â
4. Ada bukti bantuan sungguh tersalurkan
Selain laporan keuangan, kita sebagai (calon) donatur via lembaga amal juga berhak mendapat bukti bahwa bantuan sungguh tersalurkan.Â
Bukti itu bisa berupa bukti digital yang meyakinkan. Misalnya, kita bisa melihat video penyaluran bantuan dan kesaksian penerima. Lebih baik lagi bila kita bisa terhubung dengan penerima bantuan, misalnya lewat video call atau panggilan telepon.Â