"Kenapa kau tersenyum?"Â
"Mengingat kebersamaan tadi siang dengan teman-teman kantor," aku mengutarakan alasan tersenyumku tetiba tanpa mengajaknya.Â
"Andai saja ya," dia melanjutkan dengan pernyataan yang tak selesai.Â
"Andai apa? Kau bicara tapi ga lengkap."Â
'"Andai aku bisa membaca pikiranmu jadi tak perlu bertanya apa alasan kau tiba-tiba tersenyum begitu," katanya lagi, kini gantian dia yang tersenyum.Â
Aku hanya geleng-geleng kepala. "Lain kali kalau lihat tiba-tiba aku tersenyum, kamu temanin senyum aja. Biar orang yang lihat ga anggap aku sedang senyum sendiri, oke?"Â
"Mana bisa begitu. Bukankah aku selalu menjadi orang itu? Melihatmu senyum-senyum sendiri. Tak ada orang lain yang lihat kebiasaanmu itu. Aku tidak mau temanin kamu senyum-senyum sendiri," apa dia sedang merajuk padaku? Astaga, entahlah.Â
"Ya udah kalau ga mau temanin senyum-senyum lain kali. Biar aja aku senyum-senyum sendiri."Â
"Memang ada ya kejadian yang lucu tadi siang?" Dia bertanya lagi karena penasaran.Â