Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebungkus Mi Goreng Tergantung di Setang Motor Butut Bapak

12 April 2022   12:30 Diperbarui: 12 April 2022   12:53 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu, ibu sangat gigih memelihara kami anak-anaknya. Ibu tidak pernah mengeluh meskipun lebih sering sendirian merawat dan mengurus kami tiga bersaudara.

Ibu melakukan banyak sekali pekerjaan selain mengajar sebagai guru SD di kampung kami. Pernah dia memelihara ternak babi, lalu bertani, membibitkan cabe, menanam sayuran untuk diecer ke warung-warung, menjahit rok, baju, dan sebagainya.

Ibu yang mengajari kami mengerjakan seluruh pekerjaan rumah dan tugas-tugas sekolah. Ibu pulalah yang mendaftarkan aku dan adik-adkku ke sekolah dari sejak SD hingga SMP.

Namun, itu tidak membuat kami merasa bahwa kasih sayang dan perhatian bapak kurang untuk kami. Bapak mungkin saja telah menderita didera rasa rindu yang berkepanjangan. Hampir 10 tahun kami tinggal terpisah di desa yang berbeda karena pelayanan bapak sebagai pendeta dan tugas ibu sebagai guru SD di desa yang lain.

Masa-masa tidak bisa selalu berkumpul dengan keluarga itu adalah bagian dari pengorbanan bapak. Pengorbanan itu membuat kami merasakan kasih dari dalam dirinya yang muncul dalam bentuk yang berbeda.

Gaji sebagai pendeta dan guru SD pada saat itu sangatlah kecil. Tapi momen gajian bapak adalah saat-saat yang sangat kami tunggu.

Aku dan adik-adikku suka menunggu bapak pulang saat dia mengambil gaji ke kantornya di kota. Biasanya dia pulang membawa sebungkus mi goreng kesukaan kami.

Sebungkus mi goreng untuk disantap berlima sebagai lauk makan siang. Dinikmati bersama nasi putih hangat.

Pada suatu hari, kami seperti biasa menunggu bapak pulang di teras rumah. Kami berharap bapak pulang membawa sebungkus mi goreng, bihun yang dicampur kwetiau.

Tapi hari itu tidak ada bungkusan apa pun yang tergantung di setang motor bapak.

"Halo, kalian sudah menunggu bapak ya?" tanya bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun