Ketika kulihat dirimu, rindu terasa di tengah kalbu. Aku Malu!
Membayangkan apa yang telah kulakukan. Tikus jalanan pun tahu. Aku Jahanam!
Ketika dirimu menyapaku sendu. Aku tak bergerak. Melihat kenyataan. Aku Bayangan!
Merindukan dirimu yang tak lagi bergetar, di atas tulisan berbalut debu.
Kekasih hati yang selalu menunggu. Atas cicilan rindu.
Dua hati yang tak lagi menyatu. Atas cinta yang tak pernah lunas.
Aku bersedih di samping nisanmu, Aku menangis di atas kuburanmu.
**
Puisi di atas ditulis secara spontan, pada saat saya sedang melirik grup perpesanan. Ada tantangan dari Mba Lesterina Purba untuk membuat puisi yang berjudul: Cicilan Rindu.
Entah mengapa jari langsung mengetik, dan jadilah karya tulis yang menggelitik.