Namun, menurut Pak El, salah satu teman kami dari Sumba, anak-anak ini pernah mendapatkan kursus singkat bagaimana cara memotret.Â
Semua pengambilan gambar dilakukan dengan kamera pada gawai. Pantas saja anak-anak ini dengan mudah mengenali setiap fitur yang dapat digunakan untuk memotret, padahal mereka tidak memiliki gawai sendiri.
Saya bersama Rina, menyusuri jalanan setapak, mencari spot lain yang menarik untuk diabadikan. Tidak peduli panas terik, asalkan dapat moment bagus untuk diabadikan. Dalam perjalanan itu, Rina menceritakan bila uang yang terkumpul dari hasil memotret orang hari itu akan diberikan pada ibunya untuk membeli beras.
"Kalau lagi ramai, bisa dapat dua puluh sampai tiga puluh ribu, kakak" katanya. "Tapi kalau lagi sepi seperti sekarang, kadang tidak dapat uang sama sekali"
Setelah beristirahat sejenak, Saya mengambil swafoto bersama Rina dan kemudian dengan langkah ringan, Rina mengantar kami kembali ke mobil dan kemudian kami pulang ke Sumba Barat.Â
Ah, sungguh perjuangan yang luar biasa, harus menahan panas, terik bahkan menantang bahaya hanya untuk mendapatkan satu kilogram beras untuk hari itu.
***
Tulisan oleh Ragu Theodolfi untuk Inspirasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H