Jika kita melakukan sesuatu, bagaimana menentukan apakah perbuatan tersebut termasuk kebajikan atau keburukan?
Daeng Rewa dengan ceroboh menabrak sebuah tangga yang digunakan oleh seorang tukang batu, hingga akhirnya ia jatuh terluka. Daeng Malla memiliki maksud untuk memberikan informasi palsu kepada Daeng Tojeng hingga akhirnya Daeng Tojeng tertangkap menyebarkan berita bohong.
Kalau dari KUHP, apapun yang dilakukan yang menyebabkan seseorang celaka, maka ia akan terjerat dengan pasal pidana. Hukum adalah hukum, namun terkadang manusia juga harus melihat segala sesuatu dari sisi kemanusiaan.
Kadang kita dihadapkan dengan sebuah situasi yang sulit untuk mengambil sebuah keputusan. Sebagai contoh, berbohong adalah sesuatu yang buruk, namun kadang atas nama kebaikan, kita harus melakukannya.
Setiap agama telah memiliki definisi yang jelas mengenai perbuatan-perbuatan yang melanggar dosa. Namun, kita tetap membutuhkan pemuka agama untuk menjustifikasi perbuatan kita.
Itu pun masih sering bingung, apakah dosaku akan dimaafkan atau tidak? Akan tetapi, tetap saja, hal yang sama terus kita lakukan berulang-ulang kali, hingga pertanyaan masuk Surga atau Neraka akan selalu menghantui.
Sebagai manusia, sesungguhnya setiap perbuatan yang kita lakukan hanya terdiri dari dua kategori saja. Baik dan Buruk!
Perbuatan baik akan menambah pahala, sementara yang buruk akan masuk ke dalam daftar dosa.
Nah, daripada bingung menunggu penilaian dari alam baka, saya memberikan sedikit pandangan mengenai hal ini. Tulisan ini hanya merupakan opini saja, karena penulis bukanlah pemuka agama atau ahli tafsir kitab suci.
Pertama, Berdasarkan Penilaian Umum
Di sinilah gunanya peraturan dan perundangan. Dalam KUHP perbuatan seperti membunuh, mencuri, atau merampok, jelas adalah perbuatan melanggar hukum.
Namun pada setiap komunitas, ada aturan budaya yang tidak tertulis mengenai hal apa yang seharusnya wajar dilakukan, maupun tidak.
Tanpa melihat ayat per ayat yang termaktub dalam kitab perundang-undangan, jelas perbuatan baik dan buruk adalah hal yang sama di mata Tuhan dan manusia.
Kedua, Berdasarkan Kehendak
Di tengah malam buta, kita sedang mengendarai mobil, tanpa sengaja kita melindas seekor kucing. Apakah perbuatan tersebut bisa disebut sebagai membunuh?
Tentu tidak, karena kita tidak memiliki maksud untuk mengejar kucing dengan mobil. Hal ini tentu akan terasa beda, jika kita bangun di subuh hari membawa senapan angin untuk berburu kucing.
Untuk menyiasati hal ini, maka sebuah kesadaran penuh sangat dibutuhkan. Sadarilah apa kehendak dari setiap aksi kita. Sadarilah apakah kehendak kita ini berdasarkan niat yang tulus atau penuh kebencian.
Ketiga, Berdasarkan Nurani
Setiap orang telah memiliki nurani untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Meskipun kadang kita mendengarkan istilah "tidak ada hati Nurani" terhadap seseorang yang kejam, namun sebenarnya ia tahu kalau yang ia lakukan adalah salah.
Patokannya cukup mudah, apakah anda ingin diperlakukan demikian? Itulah perasaan orang lain yang menerima perlakuan anda.
Untuk menyiasati hal ini, maka pikirkanlah setiap konsekuensi yang akan diterima orang lain terhadap aksi kita, meskipun ia adalah seseorang yang sangat kita benci.
Keempat, Berdasarkan Perasaan
Setelah kita melakukan suatu perbuatan, maka seringkali akan muncul sebuah perasaan yang menyertai. Perasaan bahagia akan datang setelah orang lain mengucapkan terima kasih. Perasaan sedih akan datang, setelah seseorang kehilangan dompet, meskipun dompet tersebut telah menjadi milik kita.
Untuk menyiasati hal ini, maka sebelum melakukan sesuatu, analisislah perasaan yang menyertai untuk mengecek, apakah perbuatan yang dilakukan sudah benar atau tidak?
Dengan melihat kepada keempat hal ini, maka mulailah untuk menjalani hidup dengan penuh kebajikan.
"[...] jangan meremehkan perbuatan baik. Meskipun kecil kebaikan adalah kebaikan. Seperti air yang menetes di tempayan, setetes demi setetes yang akhirnya akan menjadi penuh juga."Â ~ YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.
Semoga Bermanfaat.
Engkoh Rudy untuk Inspirasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI