Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini 4 Indikator Perbuatan Baik dan Buruk

10 Juni 2021   11:09 Diperbarui: 10 Juni 2021   11:19 2117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini 4 Indikator Perbuatan Baik dan Buruk | Photo by Bekky Bekks on Unsplash

Jika kita melakukan sesuatu, bagaimana menentukan apakah perbuatan tersebut termasuk kebajikan atau keburukan?

Daeng Rewa dengan ceroboh menabrak sebuah tangga yang digunakan oleh seorang tukang batu, hingga akhirnya ia jatuh terluka. Daeng Malla memiliki maksud untuk memberikan informasi palsu kepada Daeng Tojeng hingga akhirnya Daeng Tojeng tertangkap menyebarkan berita bohong.

Kalau dari KUHP, apapun yang dilakukan yang menyebabkan seseorang celaka, maka ia akan terjerat dengan pasal pidana. Hukum adalah hukum, namun terkadang manusia juga harus melihat segala sesuatu dari sisi kemanusiaan.

Kadang kita dihadapkan dengan sebuah situasi yang sulit untuk mengambil sebuah keputusan. Sebagai contoh, berbohong adalah sesuatu yang buruk, namun kadang atas nama kebaikan, kita harus melakukannya.

Setiap agama telah memiliki definisi yang jelas mengenai perbuatan-perbuatan yang melanggar dosa. Namun, kita tetap membutuhkan pemuka agama untuk menjustifikasi perbuatan kita.

Itu pun masih sering bingung, apakah dosaku akan dimaafkan atau tidak? Akan tetapi, tetap saja, hal yang sama terus kita lakukan berulang-ulang kali, hingga pertanyaan masuk Surga atau Neraka akan selalu menghantui.

Sebagai manusia, sesungguhnya setiap perbuatan yang kita lakukan hanya terdiri dari dua kategori saja. Baik dan Buruk!

Perbuatan baik akan menambah pahala, sementara yang buruk akan masuk ke dalam daftar dosa.

Nah, daripada bingung menunggu penilaian dari alam baka, saya memberikan sedikit pandangan mengenai hal ini. Tulisan ini hanya merupakan opini saja, karena penulis bukanlah pemuka agama atau ahli tafsir kitab suci.

Pertama, Berdasarkan Penilaian Umum

Di sinilah gunanya peraturan dan perundangan. Dalam KUHP perbuatan seperti membunuh, mencuri, atau merampok, jelas adalah perbuatan melanggar hukum.

Namun pada setiap komunitas, ada aturan budaya yang tidak tertulis mengenai hal apa yang seharusnya wajar dilakukan, maupun tidak.

Tanpa melihat ayat per ayat yang termaktub dalam kitab perundang-undangan, jelas perbuatan baik dan buruk adalah hal yang sama di mata Tuhan dan manusia.

Kedua, Berdasarkan Kehendak

Di tengah malam buta, kita sedang mengendarai mobil, tanpa sengaja kita melindas seekor kucing. Apakah perbuatan tersebut bisa disebut sebagai membunuh?

Tentu tidak, karena kita tidak memiliki maksud untuk mengejar kucing dengan mobil. Hal ini tentu akan terasa beda, jika kita bangun di subuh hari membawa senapan angin untuk berburu kucing.

Untuk menyiasati hal ini, maka sebuah kesadaran penuh sangat dibutuhkan. Sadarilah apa kehendak dari setiap aksi kita. Sadarilah apakah kehendak kita ini berdasarkan niat yang tulus atau penuh kebencian.

Ketiga, Berdasarkan Nurani

Setiap orang telah memiliki nurani untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Meskipun kadang kita mendengarkan istilah "tidak ada hati Nurani" terhadap seseorang yang kejam, namun sebenarnya ia tahu kalau yang ia lakukan adalah salah.

Patokannya cukup mudah, apakah anda ingin diperlakukan demikian? Itulah perasaan orang lain yang menerima perlakuan anda.

Untuk menyiasati hal ini, maka pikirkanlah setiap konsekuensi yang akan diterima orang lain terhadap aksi kita, meskipun ia adalah seseorang yang sangat kita benci.

Keempat, Berdasarkan Perasaan

Setelah kita melakukan suatu perbuatan, maka seringkali akan muncul sebuah perasaan yang menyertai. Perasaan bahagia akan datang setelah orang lain mengucapkan terima kasih. Perasaan sedih akan datang, setelah seseorang kehilangan dompet, meskipun dompet tersebut telah menjadi milik kita.

Untuk menyiasati hal ini, maka sebelum melakukan sesuatu, analisislah perasaan yang menyertai untuk mengecek, apakah perbuatan yang dilakukan sudah benar atau tidak?

Dengan melihat kepada keempat hal ini, maka mulailah untuk menjalani hidup dengan penuh kebajikan.

"[...] jangan meremehkan perbuatan baik. Meskipun kecil kebaikan adalah kebaikan. Seperti air yang menetes di tempayan, setetes demi setetes yang akhirnya akan menjadi penuh juga." ~ YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Semoga Bermanfaat.

Engkoh Rudy untuk Inspirasiana

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun