Setelah proses berhari-hari, pihak hotel mengontak aplikasi agar menarik keluhan yang terlalu didramatisir itu, pihak aplikasi kekeuh bahwa keluhan akan ditarik bila kami menyertakan bukti pendukung.
Karena waktu dan tenaga habis hanya untuk mengurus peristiwa itu berhari-hari, kami bergeming.
Jika hotel memiliki bukti bahwa laporan si tamu itu palsu, aplikasi review akan meminta bukti. Semakin lama prosesnya, kian tak terbendung banyaknya pembaca yang melintas. Berita yang ingin disembunyikan sudah terbaca berjuta-juta pembaca. Bukankah sangat merugikan hotel?
Berbagai peristiwa buruk akan terjadi di hotel jika tak diantisipasi. Hal ini sebagai pelajaran bagi hotelier bagaimana menyikapi dengan bijak.
Laporan palsu bentuk pelanggaran hukum
Ada kisah lain lagi sebagai pelajaran. Suatu hari, kami membaca keluhan kasar dan frontal dari seorang tamu di aplikasi review. Narasi sang tamu yang tampak kesal sekaligus tidak santun. Manajemen pun segera menghubungi aplikasi agar menarik berita itu karena terindikasi komplen palsu.
Mengarang kisah di media, menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya adalah bentuk pelanggaran hukum.
Investigasi pun dilakukan, ditengarai berita dibuat oleh seorang hater terhadap manajemen karena dendam yang berkepanjangan terhadap pimpinan.
Akhirnya tayangan itu dapat dihapus oleh aplikasi review karena bukti pendukung kuat manajemen bahwa pengirim berita adalah seorang hater, bukan pelanggan hotel yang menginap.
Dear pembaca budiman, menarik tayangan negatif yang terlanjur diunggah di aplikasi review, tidaklah mudah jika tanpa dokumen pendukung. Sayangnya berita buruk telah dibaca ratusan pembaca sebelum dihapus.
Pengguna mempunyai kuasa menumpahkan kekesalan, Â meski keluhan memperburuk citra hotel tapi sebaiknya tidak bertindak seenaknya.