Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mirisnya Aktris Anak Perankan Peran Dewasa, Saatnya Industri Sinetron Berkaca Diri

3 Juni 2021   06:17 Diperbarui: 3 Juni 2021   06:31 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah tingginya minat masyarakat untuk mendapatkan tontonan bermutu, sayangnya industri sinetron dalam negeri seolah bergerak ke arah yang tak jelas.

Mayoritas sinetron saat ini bukanlah sinetron yang dipersiapkan dengan baik dari sisi naskah dan teknik sinematografi. Dari penuturan sejumlah aktris sinetron sendiri, ternyata ada cukup banyak sinetron kejar tayang dengan naskah terburu-buru.

Tak mengherankan, ada sinetron yang bisa beratus-ratus dan berjilid-jilid tanpa akhir. Ini karena memang naskah dibuat tanpa melihat bagaimana alur cerita hingga akhir nanti. Yang penting kejar tayang saja. 

Jika penonton memilih nonton drama luar negeri dan YouTube, wajar saja. Meski begitu, sinetron memang masih memiliki pangsa pasar tersendiri. Sewajarnya, industri sinetron kita perlu bertanya diri: apa pesan kehidupan yang sedang ditawarkan pada para pemirsa?

Indonesia tak kekurangan penulis dan sineas serta aktor dan aktris handal. Menyajikan sinetron berkelas dan tetap laris ditonton bukanlah hal yang mustahil. 

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Mari jadikan tontonan juga sebagai tuntunan kehidupan. Industri sinetron Indonesia perlu berkaca diri agar mutu sinetron kita bisa meningkat. Jangan sampai terulang lagi aktris anak-anak memerankan peran dewasa. Salam edukasi. 

Erbe untuk Inspirasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun