Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

5 Kiat Belajar Bahasa Asing di Usia Dewasa

14 Mei 2021   10:14 Diperbarui: 14 Mei 2021   19:45 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar bahasa asing (Sumber: shuttestock via kompas.com)

"Selama masih bahasa manusia, semua bahasa bisa kita pelajari" (Erbe) 

Penguasaan bahasa menjadi salah satu kunci keberhasilan seseorang. Tuntutan zaman juga mendorong siapa pun dari segala usia dan latar belakang untuk belajar bahasa.

Sebagian orang beruntung karena mendapat pendidikan bahasa (asing) sejak kecil. Sebagian lagi kurang beruntung dan mungkin baru mendapat kesempatan belajar bahasa asing setelah beranjak dewasa. 

Pertanyaan banyak orang adalah kapan usia terbaik untuk mulai belajar bahasa asing atau bahasa kedua? Apakah orang dewasa, misalnya seorang berumur 25 tahun sudah terlambat belajar bahasa-bahasa asing?

Usia terbaik untuk mulai belajar bahasa asing atau bahasa kedua

Penelitian yang dilakukan oleh MIT (Massachuset Institute of Technology) di Amerika Serikat menunjukkan bahwa memang ada masa di mana mempelajari keterampilan baru menjadi lebih sulit, seperti mempelajari bahasa kedua atau bahasa asing.

Menurut penelitian tersebut, waktu terbaik untuk mempelajari bahasa baru setara dengan kemampuan penutur asli adalah pada usia 10 tahun. 

Anak-anak di bawah 10 tahun dapat lebih mudah menyerap informasi dan unggul dalam mempelajari bahasa baru.

Anak-anak muda di bawah usia 18 tahun masih dapat menunjukkan keterampilan hebat dalam menguasai tata bahasa baru. Akan tetapi, seorang berusia lebih dari 18 tahun akan menghadapi lebih banyak tantangan dan kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru, termasuk bahasa asing.

Rincian Penelitian MIT tentang usai emas belajar bahasa asing
Para peneliti menilai 670.000 orang dari berbagai kebangsaan dan usia. Para ilmuwan memberi peserta kuis tata bahasa dan sebelum meminta mereka untuk mencatat apakah kalimat itu benar secara tata bahasa, mereka meminta peserta untuk menyatakan usia mereka, berapa lama mereka telah belajar bahasa Inggris, dan di mana mereka mempelajari bahasa tersebut.

Peserta termuda dalam penelitian ini berusia 10 tahun, mayoritas berusia 20-an atau 30-aan, sedangkan yang tertua berusia akhir 70-an tahun. 

Data yang dikumpulkan mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan, masa kanak-kanak adalah waktu terbaik untuk mempelajari tata bahasa baru, tetapi kemampuannya tetap relatif kuat selama masa remaja juga.

Pelajari Bahasa Baru Sebelum Usia 18
Namun, setelah usia 18 tahun, orang mungkin tidak lagi mencapai tingkat kemahiran yang dimiliki penutur asli, meskipun mereka mungkin masih dapat belajar dengan cepat. Meskipun demikian, mempelajari bahasa baru sebagai orang dewasa masih mungkin dilakukan, tetapi semakin sulit.

Pengalaman saya belajar bahasa-bahasa asing setelah usia 25 tahun

Apakah Anda sudah berusia 25 tahun lebih dan saat ini ingin atau "terpaksa" mempelajari bahasa-bahasa asing? Tidak perlu cemas dan ragu. Anda tidak sendirian.

Saya mulai belajar sebuah bahasa rumpun Latin saat sudah berusia 29 tahun dan nyatanya bisa menguasainya dengan cukup baik setelah beberapa tahun.  

Pada usia 30 plus, kembali saya belajar bahasa asing lain lagi. Kali ini bahasa Jerman selama dua bulan kursus. Saya merasa bahwa saya bisa memahami dasar-dasar bahasa Jerman yang diajarkan dalam kursus singkat itu. 

Lima (5) kiat belajar bahasa asing setelah umur 25 tahun atau usia dewasa

Sebenarnya bahasa-bahasa asing itu ada tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Salah satu pengukurnya adalah tingkat kedekatan bahasa-bahasa asing dengan bahasa yang sudah kita kuasai.

Umpama, orang muda Indonesia lebih mudah belajar bahasa Jerman karena tata bahasa Jerman mirip bahasa Inggris yang umumnya sudah dipelajari di sekolah-sekolah di Indonesia. 

Berikut ini adalah lima kiat belajar bahasa asing setelah umur 25 tahun atau usia dewasa:

Pertama, sugesti diri Anda bahwa Anda bisa
Sebenarnya penghalang utama kemajuan diri kita adalah motivasi diri. Beberapa orang memang kurang berbakat dalam mempelajari bahasa baru. Akan tetapi, jangan pernah mengatakan pada diri Anda sendiri, "Aku pasti tidak bisa belajar bahasa asing!"

Siapa yang membuat kepastian itu? Sudahkah Anda mencoba? Coba dulu, baru nanti lihat hasilnya. Percayalah pada kiat saya ini dengan "sugesti diri Anda bahwa Anda bisa!"

Katakan dalam hati Anda dan di depan cermin, "Aku bisa belajar bahasa ini. Aku tidak bodoh. Tuhan membantuku. Aku akan berusaha." 

Ilustrasi belajar bahasa asing setelah usia dewasa - piqsels.com
Ilustrasi belajar bahasa asing setelah usia dewasa - piqsels.com
Kedua, pelajari hal-hal sederhana dulu
Kiat kedua adalah mempelajari hal-hal sederhana dulu. Saya biasa membuat daftar kosakata yang dipakai dalam hidup sehari-hari. Misalnya: anggota tubuh, kegiatan dari bangun tidur sampai kembali tidur, makanan dan minuman, dsb. 

Cari saja daftar kosakata di internet dengan kata kunci, misalnya "1000 basic German words" atau "500 basic Japanese vocabularies". Bisa juga mengunduh aneka aplikasi di Playstore dan sejenisnya di gawai. 

Ketiga, "jauhi" sementara bahasa ibu dan paksa diri pakai bahasa asing
Kita perlu "menjauhi" sementara bahasa ibu (dan bahasa daerah) dan memaksa diri memakai bahasa asing. Saya menyisihkan beberapa jam untuk belajar bahasa asing dan sama sekali tidak menggunakan bahasa ibu dan daerah saya. 

Saya nonton video YouTube berbahasa Jerman, dengarkan radio Jerman, buka situs berita Jerman, ngomong (sendirian) berbahasa Jerman, dan seterusnya selama katakanlah lima jam sehari. 

Akan lebih baik lagi jika kita mencari sahabat penutur asli atau belajar bersama teman yang sedang mempelajari bahasa yang sama. 

Jika Anda sudah di luar negeri, jangan keseringan jalan dengan orang berbahasa Indonesia. Justru ngobrollah dengan penutur bahasa asing.

Keempat, jangan putus asa atau malu ketika salah berbahasa asing
"Learning is making mistakes". Belajar adalah membuat kesalahan demi kesalahan. Sayangnya, ada beberapa orang yang mudah sekali putus asa dan malu ketika salah berbahasa asing.

Kadang-kadang, keputusasaan atau rasa malu itu juga dipicu guru dan atau teman kursus atau sahabat yang kurang simpatik. Kita kemungkinan besar memang akan ditertawakan atau merasa malu ketika salah berbahasa asing. 

Saya berprinsip demikian, "Bahasa asing ini memang bukan bahasaku. Wajar saja kalau saya keliru."

Dengan prinsip itu, saya bisa menangkal keputusasaan dan rasa malu ketika keliru. Gas pol saja. Tak usah peduli ejekan atau tertawaan orang. Ambil hikmah dari kesalahan berbahasa asing yang kita lakukan. 

Kelima, pertahankan ritme dan kedisiplinan diri berbahasa asing
Belajar bahasa itu sebenarnya adalah kebiasaan menggunakan bahasa yang kita pelajari dalam hidup sehari-hari. Pertahankan ritme belajar rutin Anda. Jangan putus-nyambung dalam belajar bahasa asing. 

Lebih baik sehari hafalkan kosakata baru selama 30 menit daripada sehari belajar dan baru belajar lagi minggu depan. Tidak akan berhasil dengan putus-nyambung semacam itu. 

Wasana kata, kita sebagai orang Indonesia sejatinya sangat dibantu oleh kultur dwibahasa dan multibahasa di Indonesia. 

Bukankah umumnya seorang Indonesia bisa berbicara bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris (juga Arab bagi yang muslim)?

Banyak orang Amerika Serikat yang saya jumpai berkata, "Saya hanya tahu bahasa Inggris saja seumur hidup saya. Saya kesulitan pelajari bahasa asing." Nah!

Salam edukasi. Erbe untuk Inspirasiana. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun