Klub-klub tersebut akan dibagi menjadi dua grup yang terdiri dari 10 tim. Empat tim teratas di setiap grup lolos ke babak sistem gugur, yang berpuncak pada final yang akan berlangsung pada akhir pekan.
Akhir pekan akan disediakan untuk pertandingan domestik, seperti saat ini, dengan asumsi bahwa badan pengatur liga-liga domestik menerima rencana European Super League ini.Â
Kabar terbaru, dengan 12 tim yang menyetujui rencana ini, tidak akan ada sistem promosi dan degradasi. Sistem tertutup ini mirip dengan liga basket Amerika Serikat, NBA. Mirip juga dengan lomba F1.Â
Liga super baru, menurut dokumen, akan menghasilkan pendapatan tambahan ratusan juta dolar untuk tim yang berpartisipasi. Kelompok 12 klub itu telah mengadakan diskusi dengan JPMorgan Chase & Co. untuk mengumpulkan dana sponsor.
Pandemi dan krisis finasial klub
Tak bisa disangkal, klub-klub modern memang menjelma menjadi entitas bisnis. Para penggemar lambat laun dianggap sepi oleh para milyuner dan perusahaan pemilik klub.
Di tengah pandemi, klub-klub besar kehilangan sebagian (besar) pendapatan mereka. Klub-klub besar ini juga memiliki utang yang besar. Contohnya, Manchester United memiliki utang naik 16 persen menjadi 629,8 juta dolar AS setelah 12 bulan pandemi virus corona.
Sponsor besar siap menggelontorkan dana untuk European Super League yang dihuni tim-tim besar Eropa. Klub-klub besar juga diuntungkan karena mendapatkan dana segar.
Kritik untuk konsep European Super League
Gary Neville, mantan bintang Manchester United mengkritik keputusan MU dan klub-klub besar lain yang konon bergabung dalam European Super League.Â
Gary mengingatkan, konsep European Super League adalah wujud keserakahan klub-klub "semau gue".