Mo Maso Maso Pulau Ternate
Terlihat Sudah Pulau Hiri
Di Ujung Sana Pasir Putih Sio Kona
Mama Yang Hilang
Di Pulau Halmahera
Di Muka Sana Pulau Ternate
So Dapa Lia Gunung Gamalama
Kapal Mo Sandar di Pelabuhan
Disitulah Torang di Lahirkan
Slamat Datang...
Slamat Datang Di Kota Ternate Sio..
Torang Datang Dari Rantau
So Rindu Mo Bakudapa
Torang Orang Basodara Sio..
Sepenggal lirik legendaris oleh Group Nanaku di atas sering dinyanyikan setiap orang yang rindu kampung halaman apalagi ketika dirantau hingga kini.
Sebuah lagu yang tak terlupakan dalam setiap momen. Lagu ini transformasi rindu, gambaran tentang cinta, kehangatan, jalan pulang, rumah dan keluarga
Kota Ternate berada tepat dibawah kaki gunung Gamalama. Pernah mendengar nama Gamalama, jika belum bagaimana dengan nama artis Dorce Gamalama? Tentu sudah tak asing kan. Yap, Gamalama, nama yang disandang artis beken tersebut adalah nama gunung dari Kota Ternate.
Nama tersebut merupakan pemberian Sultan Ternate ke 48, Almarhum Sultan Mudafar Syah pada tahun 1984 sebagai penghargaan istimewa kepada Dorce.
Kota Ternate salah satu kota penting di Provinsi Maluku Utara. Kota kecil nan eksotis. Sudah banyak kesempatan diulas, salah satunya oleh Bang Tony Syiariel dalam artikel berjudul "Ternate, Mutiara di Timur yang Fotogenik". Dalam kesempatan ini, saya akan menampilkan sejarah dan aneka sudut indah Kota Ternate.
Sejarah, ekonomi dan politik berjalan seiring waktu dan tercatat dalam tapuk peradaban manusia. Ternate menjadi saksi atas itu semua.
Kota ini sendiri memiliki banyak julukan yakni, The Spice Island, kota seribu benteng, hingga kota madani dengan semboyan dasar Marimoi ngone Futuru; bersatu kita teguh bersatu kita kuat.
Sebuah filosofi yang dipegang teguh hingga kini dan tercermin dari sikap toleransi serta gotong royong masyarakat.
Kota Ternate sendiri terdiri atas 7 kecamatan dan 77 kelurahan dengan luas 111.39 Km2. Jika dikelilingi, tam sampai dua jam. Selain itu wilayahnya juga masuk ke kepulauan Batang dua, Pulau Moti dan Pulau Hiri. Lantas apa uniknya kota Ternate?
Kesultanan Ternate
Kota Ternate juga adalah bagian dari julukan Jazirah Al-Mulk: Negeri para raja. Di sini terdapat salah satu Kesultanan yang masih dan merupakan salah satu kerajaan tertua hingga saat ini, yakni Kesultanan Ternate.
Kesultanan Ternate atau Kerajaan Gapi merupakan satu dari empat kerajaan Islam di Maluku Utara. Tiga lainnya ialah Kesultanan Tidore, Jailolo dan Bacan.
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1257 oleh Kolano atau pemimpin pertama Baab Mansur Malamo dan merupakan salah satu kerajaan berpengaruh. Wilayah kekuasaanya meliputi Maluku, Sulawesi Utara, Timur dan Tengah, Selatan Filipina hingga ke Kepulauan Marsal di Pasifik. Kesultanan ini sendiri berdiri pada tahun 1257. Demikian menurut sumber ini .Â
Ternate sendiri mencapai masa kejayaan pada abad ke 16 di bawah kepemimpinan Sultan Bayanullah (1500-1521)
Lambang keraton Kesultanan Ternate juga sangat unik yakni burung garuda berkepala dua atau biasa disebut Goheba Madopolo Romdidi. Simbol berbentuk kepala dua, berbadan satu dengan hati satu. Arti lambang ini ialah pemimpin dan rakyat memiliki kedudukan yang sama. Demikian lansir Kompas.Â
Hingga saat ini, Keraton atau Kadaton Kesultanan Ternate masih berdiri kokoh dan dapat dikunjungi oleh setiap wisatawan baik lokal maupun asing. Namun, ada hari-tertentu yang tidak bisa dikunjungi.
Mahkota ini diletakan di kamar Puji dalam sebuah kotak kaca dan tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang. Hanya Sultan dan Jogugu (perdana menteri). Namun, bukan berarti tidak bisa dilihat sebab ada saat-saat tertentu mahkota tersebut dapat dilihat oleh pengunjung atas izin pihak kesultanan
Jika berkunjung di bulan April, kita bisa menikmati pesta rakyat yang dilaksanakan keraton di lapangan Garalamo atau di depan Keraton Kesultanan Ternate. Pesta rakyat ini lebih dikenal dengan Festival Legugam.
Festival ini sendiri diselenggarakan setiap tanggal 1 April hingga puncaknya 13 April, tanggal kelahiran Almarhum Sultan Mudaffar Sjah.
Kota Sejarah Penting
Julukan The Spice Island bukan semerta-merta lahir begitu saja, tetapi pada ruang ini hadir peristiwa, perjuangan hingga darah yang turut mengiringi dan membentuk apa yang disebut dengan sejarah.
Tentu sejarah membutuhkan bukti. Bukti tersebut bahkan hingga kini pun masih terawat dengan baik seperti bertaburannya benteng-benteng milik Portugis dan Belanda.
Kehadiran mereka di sini tak lain dan tak bukan ialah memburu rempah-rempah. Cengkih dan pala adalah dua komoditas rempah paling tersohor. Dua rempah ini pula yang menjadi tonggak sejarah penjajahan di Indonesia.
Bahkan, teori yang dikenal dengan monopoli sudah sejak dulu diterapkan dengan hadirnya VOC berkongsi dengan Portugis.
Portugis atau Portugal sendiri sudah datang ke Ternate pada abad ke 1512 dengan dalil perdagangan cengkih. Di balik itu semua ada misi penaklukan Ternate. Mereka baru benar-benar diusir oleh Sultan Baabulah pada tahun 1575. Sultan Baabulah baru-baru ini menerima gelar pahlawan nasional.
Sisa-sisa kejayaan rempah juga masih bisa dilihat terutama peninggalan cengkih tertua. Salah satunya cengkih afo, walaupun berapa tahun kemarin sudah tumbang namun lokasinya masih bisa dikunjungi karena sudah dibuka untuk wisata.
Cengkih afo (cengkih tua) dipercayai sebagau cengkih unggulan yang dulu diburu Portugis dan VOC. Bahkan, cengkih menjadi indukan bagi cengkih di Kota Ternate. Letaknya di kelurahan Moya atau sedikit lebih mendekat ke puncak gunung.
Referensi mengenai Kesultanan-Kesultanan di Maluku Utara serta sejarah perdagangan rempah-rempah dapat dibaca di buku karangan Alm. Adnan Amal berjudul "Kepulauan Rempah-Rempah : Perjalanan Maluku Utara, 1250-1950"
Kota Perdagangan, dan Pendidikan
Kota Ternate dari zaman masuknya Islam pada 14 Masehi, zaman Portugis, dan zaman VOC hingga sekarang menjadi kota perdagangan paling penting di Maluku Utara.
Dari Kota kecil inilah semua akses perputaran uang, barang, dan jasa berjalan. Kota ini layaknya Jakarta. Ternate memiliki peranan penting bahkan tidak hanya perihal ekonomi tetapi juga sosial, politik, hingga pendidikan.
Transaksi jual beli semisal pala, cengkih dan kelapa dilakukan di sini, sebab para pedagang besar berada di Kota Ternate.
Masyarakat dari dataran Halmahera ketika habis panen mayoritas melakukan penjualan ke Kota Ternate dengan menempuh perjalanan laut. Selain melakukan penjualan, juga berbelanja kebutuhan pokok untuk dibawa kembali ke kampung halaman.
Kota Ternate juga dikenal dengan Kota Pendidikan, layaknya Yogyakarta Di sini terdapat satu kampus negeri dan beberapa kampus swasta.
Tentu banyak anak-anak dari kabupaten lain yang hendak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi akan menuju Ternate. Tinggal bersama sanak saudara hingga indekos.
Ternate, Rumah Berbagai Suku
Kota Ternate adalah kota dengan berbagai suku, baik dari Maluku Utara hingga luar Maluku Utara seperi Bugis, Cina, Arab dll. Warga Ternate berbaur menjadi satu meski berbeda suku, agama, dan ras. Masyarakat Ternate hidup berdampingan. Jarang terjadi konflik.
Berdasarkan catatan yang dikutip dari Hasyim (2019) terdapat 12 sub etnis dan 13 bahasa lokal yang ada di Ternate dengan corak kehidupan sosial masyarakat kental dengan budaya Islam sehingga kota ini juga disebut sebagai Kota Madani.
Suku asli dikenal dengan suku Ternate dengan bahasa yang digunakan ialah bahasa Ternate. Kebanyakan dari mereka bermukim di Ternate Pulau dan sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, petani dan PNS.
Kehidupan dengan ragam sosial budaya tersebut terangkai dalam satu frasa yakni "Marimoi Ngone Futuru Masidika Ngone Foruru yang berarti ajakan ke arah solidaritas dan persaudaraan antar entis. Menurut Hasyim (2019) corak kebudayaan ini adalah modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan.Â
Dengan berbagai ragam suku tersebut tentu bahasa menjadi kendala utama. Karena itu, bahasa yang digunakan untuk komunikasi ialah Bahasa yang dikenal dengan bahasa pasar (kosakata misalnya: ngana, kita, torang, dan dorang) serta bahasa Indonesia.
Walaupun bercorak Islam bukan berarti di Kota Ternate tidak ada agama lain. Justru di sini agama yang diakui negara bisa hidup berdampingan dengan toleransi yang sangat tinggi.
Hal ini sudah terjadi sejak lama di mana dalam penelitian Rosdian Arby, jejak arsitektur tua di kampung tengah pada abad ke 18 yang dipengaruhi oleh beragam agama menjadi bukti budaya dan toleransi umat beragama di Kota Ternate.Â
Kota Pariwisata
Kota Ternate juga dikenal sebagai Kota Pariwisata. Ya, Ternate kecil namun memikat. Selain wisata sejarah, pertunjukan seni, kuliner, dan juga alam.
Panorama yang indah, pantai yang bersih,air laut yang jernih dengan gugus kepulauan menjadi nilai tersendiri. Banyak tempat yang bisa dikunjungi.
Aneka jajanan seperi air goraka, pisang goreng, dipadukan dengan sambal dan kenari menggugah rasa. Sembari menikmati sunset kita dapat melihat anak-anak mandi (batobo) air asin hingga nelayan-nelayan yang sedang memancing. Sukur dofu-dofu
Oleh Fauji Yamin untuk Inspirasiana.
Artikel selanjutnya: Menjelajahi benteng-benteng peninggalan penjajah di Ternate.
Video Instagram klik ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H