Mahkota ini diletakan di kamar Puji dalam sebuah kotak kaca dan tidak bisa dimasuki oleh sembarangan orang. Hanya Sultan dan Jogugu (perdana menteri). Namun, bukan berarti tidak bisa dilihat sebab ada saat-saat tertentu mahkota tersebut dapat dilihat oleh pengunjung atas izin pihak kesultanan
Jika berkunjung di bulan April, kita bisa menikmati pesta rakyat yang dilaksanakan keraton di lapangan Garalamo atau di depan Keraton Kesultanan Ternate. Pesta rakyat ini lebih dikenal dengan Festival Legugam.
Festival ini sendiri diselenggarakan setiap tanggal 1 April hingga puncaknya 13 April, tanggal kelahiran Almarhum Sultan Mudaffar Sjah.
Kota Sejarah Penting
Julukan The Spice Island bukan semerta-merta lahir begitu saja, tetapi pada ruang ini hadir peristiwa, perjuangan hingga darah yang turut mengiringi dan membentuk apa yang disebut dengan sejarah.
Tentu sejarah membutuhkan bukti. Bukti tersebut bahkan hingga kini pun masih terawat dengan baik seperti bertaburannya benteng-benteng milik Portugis dan Belanda.
Kehadiran mereka di sini tak lain dan tak bukan ialah memburu rempah-rempah. Cengkih dan pala adalah dua komoditas rempah paling tersohor. Dua rempah ini pula yang menjadi tonggak sejarah penjajahan di Indonesia.
Bahkan, teori yang dikenal dengan monopoli sudah sejak dulu diterapkan dengan hadirnya VOC berkongsi dengan Portugis.
Portugis atau Portugal sendiri sudah datang ke Ternate pada abad ke 1512 dengan dalil perdagangan cengkih. Di balik itu semua ada misi penaklukan Ternate. Mereka baru benar-benar diusir oleh Sultan Baabulah pada tahun 1575. Sultan Baabulah baru-baru ini menerima gelar pahlawan nasional.
Sisa-sisa kejayaan rempah juga masih bisa dilihat terutama peninggalan cengkih tertua. Salah satunya cengkih afo, walaupun berapa tahun kemarin sudah tumbang namun lokasinya masih bisa dikunjungi karena sudah dibuka untuk wisata.