Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Togal, Tarian Tradisional yang Terkepung Zaman

13 Desember 2020   12:30 Diperbarui: 14 Desember 2020   04:30 1598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syair-syair ini berawal dari orang tua yang saling berbalas pantun di ladang atau hutan sebagai tanda bahwa dia tidak sendiri. Lalu, berlanjut pada situasi biasa. Kemudian berkembang menjadi seperti sekarang.

*

Perubahan zaman membawa dampak pada kesenian lokal, terutama pada tarian tradisonal suku Makian, togal. Hal ini tercermin dari bergesernya nilai togal dan bentuk --bentuk tarian yang diperagakan.

Bahkan, dari beberapa diskusi penulis dengan beberapa pemain alat musik seperti fiyol yang rata-rata sudah bermumur diatas 50-an berujar, bahwa generasi sekarang sudah tidak memiliki minat mempelajari kesenian tradisonal ini.

Walaupun secara harfiah mereka harus menurunkan ilmu mereka ke anak-anak, tetapi tidak ada keinginan berbalas dari anak mereka. Bahkan mereka berujar, ilmu memainkan fiyol sudah putus pada generasi mereka.

Di pulau Makeang sendiri bahkan hanya tersisa satu pemain atau pengiris fiyol yang memiliki ilmu murni atau masih asli. Ia saat ini berjuang keras agar musik yang mengiringi tarian togal dapat di mainkan generasi berikut. Ia berharap agar baik tarian maupun musik tidak berhenti di generasinya.

Tentunya ini adalah kondisi yang sangat riskan. Berbagai upaya penyelamatan juga belakangan mulai digalakan, seperti memasukkannya kedalam kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa SD.

Upaya ini karena tarian togal sudah mulai punah secara perlahan. Namun, semua itu belum dapat menjawab permasalahan inti. Masih dibutuhkan sebuah kebijakan besar agar tarian tradisional seperti ini tidak punah. (Sukur dofu-dofu).

Ditulis oleh Fauji Yamin untuk Inspirasiana.

Sumber (1), (2) 

Refensi Video (1) (2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun