Syair-syair ini berawal dari orang tua yang saling berbalas pantun di ladang atau hutan sebagai tanda bahwa dia tidak sendiri. Lalu, berlanjut pada situasi biasa. Kemudian berkembang menjadi seperti sekarang.
*
Perubahan zaman membawa dampak pada kesenian lokal, terutama pada tarian tradisonal suku Makian, togal. Hal ini tercermin dari bergesernya nilai togal dan bentuk --bentuk tarian yang diperagakan.
Bahkan, dari beberapa diskusi penulis dengan beberapa pemain alat musik seperti fiyol yang rata-rata sudah bermumur diatas 50-an berujar, bahwa generasi sekarang sudah tidak memiliki minat mempelajari kesenian tradisonal ini.
Walaupun secara harfiah mereka harus menurunkan ilmu mereka ke anak-anak, tetapi tidak ada keinginan berbalas dari anak mereka. Bahkan mereka berujar, ilmu memainkan fiyol sudah putus pada generasi mereka.
Di pulau Makeang sendiri bahkan hanya tersisa satu pemain atau pengiris fiyol yang memiliki ilmu murni atau masih asli. Ia saat ini berjuang keras agar musik yang mengiringi tarian togal dapat di mainkan generasi berikut. Ia berharap agar baik tarian maupun musik tidak berhenti di generasinya.
Tentunya ini adalah kondisi yang sangat riskan. Berbagai upaya penyelamatan juga belakangan mulai digalakan, seperti memasukkannya kedalam kegiatan ekstrakulikuler bagi siswa SD.
Upaya ini karena tarian togal sudah mulai punah secara perlahan. Namun, semua itu belum dapat menjawab permasalahan inti. Masih dibutuhkan sebuah kebijakan besar agar tarian tradisional seperti ini tidak punah. (Sukur dofu-dofu).
Ditulis oleh Fauji Yamin untuk Inspirasiana.