Mohon tunggu...
Inspirasiana
Inspirasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer Peduli Edukasi.

Kami mendukung taman baca di Soa NTT dan Boyolali. KRewards sepenuhnya untuk dukung cita-cita literasi. Untuk donasi naskah, buku, dan dana silakan hubungi: donasibukuina@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Balada Kisah Unik Trio (Mantan) Penyiar Radio Cantik

24 November 2020   07:49 Diperbarui: 24 November 2020   07:52 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Di radio aku dengar lagu kesayanganmu"

Demikian sebagian lirik lagu "Di Radio" yang dipopulerkan Gombloh (1948-1988). Lagu tentang radio bukan hanya dipopulerkan penyanyi bernama asli Soedjarwoto itu. 

Band asal Yogyakarta, Sheila on 7 juga punya lagu hits bertajuk "Radio". Masih ingat kan liriknya? "Lewat radio aku sampaikan kerinduan yang lama terpendam/Terus mencari biar musim berganti/Radio cerahkan hidupnya/Jika hingga mati ku tak bisa menemukan hatinya."

Radio melintas zaman. Juga di masa sekarang yang serba digital, radio tetap memiliki penggemar setia. Nah, keberadaan radio tentu tak bisa dilepaskan dari kiprah para penyiar radio.

Dalam tulisan kolaborasi ini, kita dapat menyimak kisah unik trio (mantan) penyiar radio yang melukiskan betapa radio melintas zaman. Bagaimana radio berevolusi dari masa ke masa dapat kita telusuri dari balada kisah trio (mantan) penyiar radio cantik berikut ini.

Yang unik lagi, mantan penyiar radio pertama adalah seorang biarawati. Wah bisa juga ya biarawati jadi penyiar radio. Sementara, mantan penyiar radio kedua berkisah tentang keunikan jadi penyiar radio zaman kaset masih berjaya. 

Kisah ketiga dituturkan oleh penyiar radio masa kini. Dia akan memberi pula kiat karier sebagai penyiar radio zaman kiwari. Wow, lengkap ya. Sudah tidak sabar lagi? Mari kita baca kisah selengkapnya!

I. Balada Suster Penyiar (Suster Maria Monika  SND)

Dokpri Suster Maria Monika SND
Dokpri Suster Maria Monika SND
Pengalamanku  sebagai  penyiar adalah ketika  saya  duduk  di  bangku  kelas  1 SPG ( Sekolah  Pendidikan  Guru ). Saya kala itu masih berusia  17  tahun. Bersama  tiga temanku kami jadi penyiar untuk mencari pengalaman bermedia. 

Kebetulan  kami  kenal  dengan seorang  penyiar  senior  dan  direkomendasikan  untuk menghadap pemilik  Radio Pemerintah Daerah RSPD  "Gagak  Rimang " Blora. 

Bagianku membaca  puisi pengarang  Indonesia dan juga puisiku sendiri. Bagi  seorang remaja waktu itu, menjadi penyiar merupakan kebanggaan  tersendiri.  Apalagi  mempunyai  banyak  penggemar  serta  mendapat  salam  lewat  lagu. 

Maklum  saat  itu belum  ada  HP apalagi  berkontak  via  aplikasi perpesanan. Para  penggemar  biasanya  membeli  formulir  dan  salam dibacakan penyiar lain dalam  acara  "Salam  Lewat  Lagu".

Senangnya  jadi  penyiar adalah bahwa  saya  bisa  mendengar, mengenal  dan  mengetahui banyak  lagu dan  pengarangnya. Ini  suatu  tambahan pengetahuan  tersendiri. 

Saya  ngefans berat dengan  para  pemusik/ penyanyi , misalnya  Panbers, Nasution  Sisters, Andi  Meriam  Matalata, dan Mas  Guruh  Soekarno  Putra. Saya juga sering  bersurat  kepada  mereka dan  selalu  dibalas.

Apalagi  dengan  Panjaitan  Bersaudara (Kak Hans, Benny, Doan, dan Asido) yang  merupakan  Band favorit sejak  saya  SD. Saya  sampai  hafal  nama  lengkap , tanggal, lahir  dan  makanan  kesukaan  mereka.

Kira-kira 2  tahun saya  jadi penyiar karena  kelas  3 saya  konsentrasi  pada  pelajaran. Saya  diminta  Suster Lusia  untuk  tinggal di  biara  sebagai  aspiran (calon  Suster).

Saya  masuk  biara tahun 1980 dan tidak  siaran lagi. Tahun 1992 saya mendapat  perutusan kuliah  di  Unwira  (Universitas  Widya  Mandira  Kupang). Saya  kenal  dengan  Pater  Piet Manehat SVD, penanggungjawab  Radio  Verbum milik Tarekat SVD.

Entah tahu dari mana, suatu  hari  Pater  Piet  minta  saya jadi  penyiar "  Mutiara  Iman".  Membacakan puisi-puisi  saya  sendiri  yang  saya  tulis  dari  tahun 1980-1993.

Jadwalnya  setiap  Jumat  sore.. Saya  naik  angkot dari  Jalan A. Yani  menuju  ke  Oepoi dengan  imbalan  saya  boleh  belajar  komputer  gratis. Rasanya bersemangat lagi setelah 12 tahun tidak bersinggungan dengan radio lagi. Juga sebagai selingan  dari  kesibukan  sebagai  mahasiswi. He..he..he. Kira-kira dua tahun  saya  mengisi  acara  itu dengan peralatan yang belum canggih seperti sekarang. 

Sewaktu saya  bertugas  sebagai  kepala sekolah SD  Notre  Dame, pada  saat  Natalan  Oekumene  untuk  guru  dan  Kep  Sek  se-Jakarta  Barat, panitia mengundang  Panjaitan  Bersaudara ( Panbers).

Saya  bisa  menebak  lagu-lagu  Panbers, lalu  saya  dipanggil naik ke panggung. Ditanya  macam-macam oleh Kak  Benny  Panjaitan untuk membuktikan  bahwa  saya ngefans Panbers. Saya sebutkan  nama  lengkap, tempat-tanggal  lahir, dan  makanan  kesukaan. Sampai  mereka  terheran-heran. Saya  mendapat  hadiah  CD.

Dok Suster Maria Monika SND
Dok Suster Maria Monika SND
Saya akrab dengan  Mas  Guruh  Soekarno  Putra. Saya  pernah juga  menulis  surat pada beliau guna menceritakan perhatian  Presiden  Soekarno terhadap  Tarekat  kami, SND. Itu  semua  adalah buah  dari  jiwa  seorang  penyiar  yang  selalu  ingin  tahu supaya ada  bahan  untuk  siaran. Juga wujud sikap ingin bersaudara dan bersahabat dengan siapa saja. 

II. Penyiar Radio Zaman Kaset (FS)

Setiap orang mempunyai jalan hidupnya sendiri, demikian juga yang saya alami. Kala itu, kakak perempuan saya sudah hampir menyelesaikan kuliah dan saya ikut menjalani pendidikan di Kota Pekanbaru-Riau. 

Perlu diketahui, saya dan keluarga berdomisili di Kota Sungai Penuh, Jambi. Istilahnya saya dan kakak perempuan jadi anak rantau. 

Kakak perempuan saya yang telah selesai kuliah, sambil mencari lowongan kerja menemani saya menjalani pendidikan di salah satu pusat pendidikan komputer terbesar di Pekanbaru. 

Kala itulah pada tahun ketiga dan hampir selesai (belum terima ijazah) saya dan kakak perempuan dipanggil pulang. Bapak saya di vonis diabetes. Kebetulan Bapak waktu itu juga sudah pensiun dan zaman itu, masih bisa kakak perempuan saya di usulkan menjadi PNS pengganti Bapak. 

Tentu saja ada prosedur, tes yang mesti diikuti. Kakak perempuan saya diterima jadi PNS dan saya menganggur.

Di kota kami, perusahaan swasta boleh dikatakan tidak ada, jadi mau melamar ke mana?

Singkat cerita, sepupu saya yang biasa siaran di sebuah masjid (Masjid dulunya ada siaran radio, hanya di bulan Ramadhan) mengabarkan bahwa di kota kami akan hadir radio swasta dan akan satu-satunya yang ada di kota kami saat itu. Radio swasta itu bernama Radio Gema Nugraha, 102.5 AM. Sepupu saya  dipercaya mengurus stasiun radio sekaligus ikut siaran juga.

Saya ditarik menjadi tenaga administrasi (satu-satunya). Tugas pertama yang saya ingat, membuat penawaran pemasangan iklan ke semua pihak swasta, yang paling kencang  penawaran iklan ke perusahaan rokok. 

Begitulah, iklan terbesar saat itu dari perusahaan rokok, dan sangat sedikit usaha di kota kami yang mengiklankan diri. Kemudian juga dari bioskop, iklan jadwal putar film. Jangan harap seperti bioskop modern ya, masih model bioskop lama. 

Saya juga bertugas membuat laporan ke pemberi iklan, laporan jam-jam iklannya diputar. Apa pendapatan lain radio saat itu? Menjual kupon untuk meminta  lagu, terjangkaulah harganya. Dulu malah ada yang beli segepok kupon. Kuponnya lucu banget dulu itu, dari siapa, untuk siapa, lagunya apa, pesannya apa (kata mutiara kalau perlu). Jadi kalau nembak cewek mungkin seantero kota tahu ya.

dokpri FS
dokpri FS
Saat itu penyiar perempuan sulit dicari, maklum di dusun, ada dua orang penyiar perempuan itupun punya usaha sampingan, jadi hanya ambil sedikit jam siaran. Sementara saya sepenuh waktu di kantor atau studio. 

Akhirnya saya diberi pelatihan, cara siaran, cara teknis memutar lagu, iklan dan lain sebagainya. Dulu lagu atau iklan masih pakai kaset. Duh ketahuan di zaman apa saya siaran he he. 

Perusahaan rekaman yang rutin mengirim kaset lagu terbaru waktu itu adalah Musica. Bagaimana dengan lagu-lagu lain, ya mesti beli kasetnya.

Perdana siaran walaupun agak grogi, takut pas pemutaran iklan tidak lancar, tetapi agak keteteran pada saat pendengar meminta lagu melalui. Karena mesti angkat telepon dan mencari kasetnya. Mana ada asisten saat itu? Nah, pada saat itu saya memakai nama beken Ria. Sampai saat ini penggemar saya kalau bertemu di jalan masih panggil mbak Ria. 

Jam siaran saya hanya di jam 09.00-10.00 wib hanya satu jam sehari karena merangkap tenaga administrasi itu tadi. Acara Pagi Ceria, itu judul jam siaran saya, isinya paling memutar lagu permintaan pendengar. 

Rasanya siaran radio dulu itu monoton, hanya memenuhi permintaan pendengar yang ingin dibacakan namanya kencang-kencang, biar beken. Beda siaran radio zaman sekarang, banyak inovasi, edukasi juga. 

Tip menjadi penyiar sama halnya dengan penyair, harus banyak improvisasi dan mesti banyak belajar pengetahuan umum, termasuk bahasa Inggris. Jangan sampai judul lagu "Falling in Love" jadi palingin lope. Selain itu harus rendah hati, ramah, tidak sombong. Pendengar adalah raja.

Apa suka dukanya bekerja menjadi penyiar/bekerja di radio? 

Lebih banyak sukanya, hampir  tak ada dukanya. Hati yang selalu gembira,  penuh musik, banyak penggemar juga. Sampai saat ini saya punya selera musik yang bagus. Punya sahabat banyak dan dikenal di mana-mana itu termasuk menyenangkan lho. 

Bukan bangga menjadi terkenal. Tidak. Yang menyenangkan itu disukai dan dihargai. 

Kegiatan-kegiatan lomba juga aktif dilakukan seperti acara 17 Agustus-an. Nah saya ingat ya, dulu ada acara siaran malam-malam yaitu pembacaan puisi. Puisi-puisi yang dikirim pendengar ini dibacakan dengan agak lebay, pakai bercucuran air mata segala. Waktu itu saya malah tidak suka acara pembacaan puisi tersebut. Mungkin cara pembacaannya dan juga isi puisinya, kalau tidak putus cinta ya mabuk tuak eh mabuk cinta he he he. 

Ternyata kita tak boleh ada rasa tak suka, buktinya sekarang saya malah menyukai puisi.

Berapa honor bekerja di radio di masa itu? Rp 30.000, buat seorang jomlo di zaman itu cukup mewah. Bisa beli baju kaos baru tiap bulan, beli sepeda  dan menabung. Saya termasuk baik hati dan suka menabung. 

Saya sangat sedikit memiliki dokumentasi di zaman jadi penyiar/bekerja di radio, karena tidak ada swafoto di zaman itu. Saya punya foto kenang-kenangan cuma satu ini saja yang saya sertakan dalam tulisan ini. Pada waktu itu pas  ada acara lomba sepeda tujuh belasan. Difoto pakai tustel, pakai klise film he he he. 

Saya hanya bekerja selama 1 tahun setelah diterima bekerja di sebuah LSM. Pemilik radio waktu itu sangat keberatan saya berhenti, karena rangkapan jabatan itu tadi. Kisah radio swasta ini juga berakhir beberapa tahun kemudian, karena kesulitan pemasang iklan dan faktor kemajuan zaman juga.

FS, November 2020

III. Suka-Duka dan Tip Menjadi Penyiar Radio Kini (Alfira Azzahra)

Dokpri Alfira Azahra @Alfira_2808
Dokpri Alfira Azahra @Alfira_2808
Sejarah Karir

Berawal dari rasa suka mendengarkan dan bergabung untuk request lagu dan salam-salam di Radio pada tahun 2009, muncullah suatu keinginan untuk menjadi pilot dari mixer sebuah stasiun radio, alias menjadi seorang penyiar.

Setiap hari saya mencoba berbicara di depan kaca cermin untuk latihan percaya diri, hingga terus berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di setiap kesempatan. Itulah yang bisa melatih kemampuan dari bakat saya tersebut.

Tahun 2010 saya mecoba melamar sebagai penyiar pada suatu radio komunitas dengan area lingkup kecil, hanya satu kota saja. Saya diterima.

Kemudian tahun 2012, saya mencoba keberuntungan melamar sebagai penyiar di suatu radio profesional atau radio besar di kota saya yang area lingkupnya lebih luas. Manajemennya lebih jelas, dan bisa dibuat untuk pekerjaan utama karena penghasilan yang sesuai dengan talent.

Melalui beberapa tahap seleksi, yaitu tes tulis dan wawancara untuk mengetahui kompetensi, yang terdiri dari Skill, Knowledge, & Attitude. Kemudian rekaman untuk tes suara dalam segi pembawaan seorang penyiar radio untuk menjadi master dari suatu acara, membawakan infotainment, dan menyampaikan berita (news) dengan baik sesuai format radio tersebut.

Alhasil, saya pun lolos dari beberapa tahap tersebut hingga akhirnya diterima menjadi penyiar radio profesional sejak Juli 2012. Hingga saat ini, saya masih di tempat yang sama dengan berbagai job desc tambahan.

Awal karir pada Juli 2012, job desc saya hanya di bagian penyiar radio saja. Kemudian Januari 2014, diberikan kepercayaan untuk memegang Financial Management (office) perusahaan. Lalu pada Februari 2019, saya juga diangkat menjadi Music Director di stasiun radio tersebut tanpa melepas dua job desc sebelumnya. Hingga saat ini, November 2020, saya masih memegang tiga job desc sekaligus di radio tersebut.

Tidak mudah dan tidak semua orang bisa memegang dan menjalankan tiga job desc sekaligus. Namun, jika sudah profesional, di dalamnya mencakup komitmen, dan amanah terhadap tugas, semua itu bisa berjalan dengan lancar.

Suka Duka

Bekerja di media yang pasti tidak seperti bekerja di perusahaan bidang lainnya. Yang paling saya rasakan sebagai suka cita bekerja di media radio adalah banyak teman baru dari berbagai bidang, yang secara tidak langsung bisa menjadi teman baik kita.

Menjadi penyiar radio profesional hampir sama seperti menjadi seorang artis, tapi dalam dunia yang berbeda. Penyiar radio dikatakan artis, karena juga sama mempunyai fanbase atau fans tersendiri bagi puluhan, ratusan, hingga ribuan pendengar radio yang bertambah setiap tahunnya.

Ada chemistry antara penyiar dan pendengar. Sehingga ketika seorang penyiar tidak masuk kerja untuk siaran, selalu ada yang menanyakan dan mengkhawatirkan, atau merasa kehilangan ketika seorang penyiar idamannya tidak masuk karena sakit atau sedang cuti kerja.

Hal tersebut menjadi penyemangat bagi seorang penyiar untuk terus masuk kerja, karena ada serasa dibutuhkan oleh banyak pendengar setia.

Namun, dukanya adalah tidak bisa libur di hari Minggu atau tanggal merah. Akan terasa lucu ketika semua crew radio harus libur dalam satu waktu, sehingga radionya off seharian.

Maka dari itu setiap crew radio liburnya harus diacak, mulai Senin-Minggu secara bergantian, agar di studio selalu ada orang untuk bertugas menghibur dengan lagu dan menyampaikan informasi dengan akurat.

Pengalaman Unik

Ada beberapa hal lucu yang tidak disengaja ketika saya membawakan suatu acara di radio kurang lebih 10 tahun ini. Seperti saat tidak sengaja batuk saat on air, atau sedang berbicara di luar on air, namun lupa mematikan tombol microphone di mixer, hingga tiba-tiba cegukan yang susah dihilangkan dan membuat penyiar waspada akan kondisi tersebut. Jika tiba-tiba cegukan saat berbicara on air, akan terlihat konyol di mata para pendengar.

Tip Jadi Penyiar Radio

Banyak orang yang menanyakan hal ini pada saya, sehingga ada kesimpulan bahwa banyak di antara Anda juga, dulu atau sekarang pernah mempunyai keinginan atau cita-cita berada di posisi yang sama yaitu menjadi penyiar radio.

Dalam sepi, dalam suka maupun duka, suara seorang penyiar memang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendengarnya. Maka timbullah suatu keinginan untuk menjadi seorang penyiar radio.

Perlu diketahui bahwa untuk menjadi seorang penyiar dibutuhkan bakat. Jika Anda tidak berbakat di bidang itu, pelan tapi pasti harapan itu akan sirna. Namun, yang bisa memompa harapan dari bakat tersebut adalah kemauan. Anda harus mau dulu, harus ada niat. 

Semua kendala di depan pasti bisa kita lalui dengan niat dan semangat yang tinggi.

Walaupun anda merasa bisa berbicara dengan baik, berbahasa dengan baik, itu tidak cukup. Anda harus percaya diri dan mempunyai banyak pengetahuan, sehingga Anda tidak akan kehabisan kata ketika membawakan suatu program.

Tunjuk satu orang penyiar lainnya seperti senior yang bisa menjadi referensi alias inspirasi dalam kualitas siaran. Kemudian ambil sisi positif darinya, hingga kenali diri sendiri, cari jati diri, dan bentuklah karakter Anda sendiri yang membedakannya dengan lainnya.

Bagaimanapun seorang penyiar yang sukses adalah ia yang mampu menonjolkan ciri khas dirinya dari pada yang lainnya sebagai suatu kekuatan.

Terakhir, Anda bisa mencari suara terbaik Anda, kembangkan, terus berlatih, dan harus bisa menaklukkan rasa takut atau gugup dalam diri. Sebagai penyiar radio, kita tidak akan berhadapan dengan mixer dan microphone saja. Melainkan kita akan bertemu dengan banyak narasumber, hingga interview dengan para artis ibu kota.

Jadi persiapan mental dan jam terbang tinggi juga dibutuhkan untuk menjadi penyiar profesional yang sesungguhnya. So, Good Luck :)

NB: Ada yang mau tanya-tanya, kirim salam, dan pesan lagu favorit via "radio" Inspirasiana? Boleh ketik di kolom komentar:)

Editor: K71, TT van de Karr,  Erbe Bhu Chin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun