Dalam suku Dayak Desa sendiri, untuk mengucapkan terima kasih kami akan mengatakan: "Makaseh, bah". Ungkapan versi Dayak Desa ini hampir mirip dengan ungkapan yang terdapat dalam suku Dayak Kayan Ma'apan. Mereka mengatakan: "Makasih, boh" (Informasi didapat dari Rm. Bobby atau Ruang Berbagi).
Dalam sebuah grup WA, yang anggotanya berasal dari berbagai daerah, saya bertanya bagaimana terima kasih diucapkan dalam bahasa daerah mereka masing-masing. Begini  ragam bentuk ucapan terima kasih itu:
- Manggarai : Tiba Teing
- Sunda : Hatur Nuhun
- Karo : Bujur Melala
- Kerinci : Mokasih
- Mandarin : Xie Xie Ni
- Madura : Mator Sekalangkong
- Batak : Mauliate
- Jawa : Matur Suwun; Matur Sembah Nuwun (untuk Tuhan dan orang yang dihormati)
                    (Mohon maaf jika ada yang salah dalam penulisannya)
Jujur, saya menjadi iri melihat ada kata khusus dalam bahasa daerah teman-teman untuk mengucapkan "terima kasih". Saya menjadi berpikir, mungkin ketiadaan frasa atau kata "terima kasih" dalam bahasa Dayak inilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa ada beberapa orang yang beranggapan kalau orang Dayak itu kasar.
Sebuah Pengalaman
Saya sendiri tentu tidak menyalahkan bila ada orang yang berpikiran demikian. Karena secara logika sudah tepat adanya. Tiadanya frasa atau kata khusus dalam bahasa Dayak, maka sudah dengan sendirinya orang Dayak mengalami kebingungan bagaimana harus berterima kasih.
Namun, saya juga mau mengatakan kalau stigma di atas tidak sepenuhnya benar. Berangkat dari pengalaman, saya sampai pada simpulan bahwa ungkapan kasih sayang itu berbeda-beda di setiap tempat. Namun, ungkapan itu sangat istimewa.
Mempelajari konteks sosial suatu daerah, dengan demikian, kiranya menjadi sangat penting sebelum memberikan penilaian. Pengalaman saya selama dua tahun (2014-2016) bertugas di Paroki Ambalau, Keuskupan Sintang, mungkin bisa menjadi gambaran kalau keramahan, ungkapan kasih sayang di suatu tempat itu memang unik, tapi tulus adanya.
Paroki Ambalau mayoritas umatnya ialah suku Uud Danum. Dalam suku ini, ada satu tradisi yang unik untuk menyambut setiap tamu yang datang berkunjung ke daerah mereka. Bekumus, itulah nama tradisi tersebut.
Bekumus adalah tindakan saling mengotori dengan menggunakan media utama, yakni bedak. Bedak memang menjadi bahan utama untuk bekumus. Namun, kadang ada juga yang jahil dengan menggunakan arang atau lumpur.
Silakan Anda perhatikan gambar di bawah ini. Betapa kotornya kami setelah bekumus. Namun lihatlah, kami semua diliputi oleh suka cita.