Terkadang pikiran dari masa lalu menjadi hantu yang memburu, menjadikan kita hanya diam membeku. Seperti lumpuh, tidak dapat memberi diri kesempatan untuk melangkah maju, hanya bertikai dengan penyesalan yang tiada henti.
Jangan mengira pikiran masa depan tak dapat menjadi pemicu bagi kita untuk selalu merasa ingin mengejar lebih, lebih, dan lebih lagi. Tiada pernah rasa puas itu hadir. Cukup, bukan lagi menjadi sebuah keindahan batin.
Dapatkah kita menyimpan kebahagiaan untuk esok hari? Mampukah kita mengambil kebahagiaan dari masa lalu? Tidak, bukan? Kebahagiaan itu ada saat ini. Untuk saat ini. Bersyukur, untuk kebahagiaan ini.
Sebagaimana penderitaan, maka cukuplah kebahagiaan untuk hari ini. Esok punya kebahagiaannya sendiri.
Bila kita merasa sendiri, dan hantu masa lalu mendatangi, cobalah sadari. Tariklah satu nafas, beri jeda, hembuskan lagi, beri jeda, lalu ambil nafas lagi.
Kita pun bisa mencoba butterfly hug. Letakkan tangan kanan ke pundak kiri, Dan tangan kiri ke pundak kanan. Sembari berlatih siklus napas, tepukkan jemari di atas pundak kita.
Sobat, apakah saat ini kau baru berada di situasi yang sama dengan cerita di atas? Bangkitlah, Kawan. Kau tidak sendirian. Masih ada jalan keluar. Masih ada jalan terbuka untukmu. Masih ada harapan bagi kita. Percayalah.
*Artikel ini ditulis untuk Inspirasiana, written by @lintangÂ
(ed. K71)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H