Saya masih ingat saat retret di biara Trapist Lamanabi, Larantuka, Flores pada tahun 2006. Pembimbing retret memberi sepotong kertas supaya dalam waktu 1 jam menuliskan 10 kebaikan Tuhan atas hidup kami masing-masing.
Ternyata bagi yang belum biasa melihat kebaikan Tuhan dalam hidup sehari-hari, menemukan 10 kebaikan itu ternyata sulit. Tentu saja sebaliknya berbeda dengan orang yang sudah biasa melihat kebaikan Tuhan dalam rentang sejarah hidupnya.
Dengan menuliskan sepuluh hal yang disyukuri setiap hari, seseorang dapat melatih otaknya untuk fokus pada hal-hal positif.
Selain itu, meditasi dan doa juga bisa menjadi alat efektif untuk membantu mengolah emosi. Dalam konteks religius, banyak tradisi keimanan menekankan pentingnya menyerahkan luka dan rasa sakit kepada Tuhan.Â
Dalam pandangan spiritual, mengampuni adalah bentuk pembebasan jiwa, sementara bersyukur adalah cara untuk merayakan karunia hidup.
Solusi dari Spiritualitas Karmel
Spiritualitas Karmel menawarkan jalan untuk mengatasi kesulitan mengampuni dan bersyukur melalui keheningan, doa, dan penyerahan diri kepada Tuhan.Â
Dalam tradisi Karmel, doa bukan sekadar aktivitas verbal, melainkan suatu perjumpaan mendalam dengan Tuhan yang menyentuh akar terdalam luka batin manusia.Â
Santa Teresa dari vila mengajarkan bahwa doa kontemplatif membantu jiwa melihat dirinya dalam cahaya kasih Tuhan, yang memungkinkan hati yang terluka menerima penyembuhan.
Selain itu, spiritualitas Karmel mendorong praktik detachment atau pelepasan, yaitu melepaskan diri dari keterikatan pada luka masa lalu dan harapan duniawi.Â
Dengan memusatkan perhatian pada Tuhan, seseorang belajar menerima kelemahan manusia, baik pada diri sendiri maupun orang lain, sehingga pengampunan menjadi mungkin.