Di dalam gelak tawa dan sukacita, duduklah kita di satu meja, menemukan makna sejati dari kebersamaan | Ino Sigaze.Â
Siang itu panas sedikit menyengat kulit, namun semangat grup merah dari Maumere untuk mendaki ke bukit Mageria tak pernah surut.Â
Pukul 12.00, serombongan Aci dari kota Maumere, setelah menyelesaikan kegiatan Gottesdienst bersama Pater Andre Nono, O.Carm, bergerak ke Rumah Retret Mageria.
Ternyata, mobil yang ditumpangi pasukan merah itu tak mampu mendaki ke Mageria. Apa kata dunia? Mereka harus berjemur di panas dan menunggu antrian penjemputan hingga tiga kali.Â
Kisah sederhana, namun menyenangkan, karena dari 30 peserta tur, mereka harus dibagi menjadi tiga kelompok.
Pertama kali melihat pasukan merah, saya heran. Saya pikir ada perayaan Imlek yang tertunda. Di Flores, pesta memang bisa ditunda berbulan-bulan, bukan masalah besar.Â
Ternyata, merah itu tidak hanya soal budaya China, tetapi dalam komitmen kelompok tertentu, warna merah menjadi simbol semangat.Â
Pasukan merah itu adalah rombongan umat dari KBG Kerahiman Maumere. Kejutan-kejutan menarik mulai terungkap dari kelompok ini.
1. Jenis makanan ringan yang lama-kelamaan menambah berat badan
Tiba di Mageria pada 12.00, mereka langsung diterima di ruang makan Rumah Retret Mageria. Sangat mengejutkan, masing-masing mengeluarkan makanan ringan, berat, dan minuman yang lezat.Â
Saya terkesan dengan minuman racikan Sanjaya dengan madu dan aneka ramuan lainnya. Di satu meja, tawa, canda, dan cerita spontan menciptakan suasana meriah.
Kesadaran muncul: hidup sehat butuh cerita, rekreasi, dan makanan ringan. Keakraban tumbuh saat orang menikmati mamiri alias makan minum ringan.Â
Hal yang tampak sederhana ini sebenarnya adalah jantung dari kebahagiaan bersama. Berbagi makanan ringan menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan, melampaui sekadar mengisi perut, tetapi juga mengisi hati dengan kegembiraan dan cinta.
2. Foto dan makanan sederhana
Hidangan sederhana siang itu hanya ikan bakar pantai selatan, jus air kelapa, ketupat ala Lio Ende, dan sambal pedas ala Mageria. Siapa sangka, sambal pedas bisa dinikmati meski di siang panas membara. Pasukan merah memang penyuka pedas---merah memang berani, siapa lawan?
Rasa lapar perlahan hilang karena kegembiraan bersama. Duduk di satu meja dengan warna berbeda menjadi inspirasi tentang hidup bersama yang saling menerima.Â
Momen ini adalah refleksi dari harmoni sosial di mana perbedaan warna baju menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap keberagaman.Â
Makan bersama menciptakan jembatan antara berbagai latar belakang, mengajarkan bahwa dalam kesederhanaan ada kekuatan untuk menyatukan.
3. Menari bersama dengan iringan lagu-lagu kesukaan
Kejutan lainnya, ibu pemimpin grup dance merah itu menyalakan YouTube lagu "Ayam Kaki Kuning". Oma-oma bergerak menggeser meja agar bisa bergerak bebas bagai ayam kaki kuning.Â
Sambil menari, gelak tawa dan cerita spontan mengisi ruangan. Seorang ibu dengan bangga menceritakan bahwa mereka memiliki channel YouTube tentang grup dance mereka.
Tidak disangka, oma-oma berbaju merah itu ternyata youtuber terkenal di kabupaten Sikka. Itulah kenangan hari yang indah. Satu lukisan dan gambaran kerinduan manusia terbongkar keluar.Â
Ya, manusia membutuhkan variasi hidup agar tidak membosankan, tetapi sebaliknya menyenangkan. Doa, jalan kaki, rekreasi, makan, dan menari adalah sesi kehidupan yang penting agar hidup lebih hidup lagi.
4. Kekuatan Tawa dan Cerita
Selama perjalanan itu, satu hal yang paling menonjol adalah kekuatan tawa dan cerita. Setiap langkah mereka diselingi dengan anekdot lucu dan cerita masa lalu yang membangkitkan nostalgia.Â
Tawa adalah obat mujarab yang menyatukan mereka, melupakan sejenak panas terik dan lelah perjalanan. Dalam setiap cerita yang dibagikan, ada kekuatan untuk menyembuhkan, menghibur, dan mempererat hubungan.
5. Refleksi Spiritual
Kegiatan rekreasi ini bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga menjadi momen refleksi spiritual. Setelah seharian beraktivitas, mereka berkumpul untuk doa bersama, mengucap syukur atas kebersamaan dan kenangan yang tercipta.Â
Doa menjadi penutup yang sempurna, mengingatkan mereka bahwa di balik semua kegembiraan duniawi, ada kekuatan ilahi yang menyertai setiap langkah perjalanan hidup mereka.
Kesimpulannya, perjalanan grup merah dari Maumere ke Mageria adalah lebih dari sekadar pendakian bukit. Ini adalah perjalanan hati, sebuah pelajaran tentang kebersamaan, kehangatan, dan sukacita dalam kesederhanaan.Â
Sebuah kisah yang penuh warna, tawa, dan cinta, mengajarkan kita semua bahwa dalam setiap langkah, ada keajaiban kecil yang menanti untuk ditemukan.
Salam berbagi, Ino, 8 Juli 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H