Perjumpaan dengan orang lain yang baru saja kita kenal, bisa saja menjadi berkat yang menyenangkan karena kepercayaan dan ketulusannya untuk mendengar dan berbagi cerita | Ino Sigaze
Perjumpaan dengan orang baru bagi sebagian orang itu sangat menyenangkan, apalagi kalau bertemu dengan seseorang yang dengan sendirinya nyaman untuk berbagi cerita.
Meskipun demikian, sebagian orang lagi justru sebaliknya lebih enggan berbagi cerita secara terbuka dan santai dengan orang yang baru dijumpainya.
Dari pengalaman dan pengamatan pribadi, tampaknya sangat menarik ternyata bahwa ada kemungkinan rasa nyaman dengan orang baru, bahkan bisa lebih dari itu.
Tulisan ini coba mengupas tentang mengapa seseorang lebih mudah bercerita dengan orang baru. Berikut ini ada beberapa alasan yang memungkinkan mengapa orang bisa dengan mudah bercerita dengan orang baru.
1. Orang baru adalah dia yang tidak banyak tahu tentang latar belakang saya
Hidup dan perjumpaan dengan orang lain yang baru saja kita kenal itu seperti selalu punya dimensi yang dirahasiakan, namun selalu membuat penasaran.
Zaman sekarang orang sebut dengan istilah kepo. Selain ingin tahu tentang seseorang yang baru saja berjumpa, tapi terkadang tanpa disadari kita sendiri cenderung bercerita banyak tentang diri dan pengalaman kita.
Pada tingkat yang normal, sebenarnya kesempatan itu sangat baik. Ya menjadi saat berbagi pengalaman bahkan suka dan duka.Â
Perjumpaan dan cerita tentang perjalanan hidup apalagi berkaitan dengan peran kita di masa lalu itu selalu menimbulkan rasa bahagia dalam diri kita.
Belum lagi kalau suasana perjumpaan dan cerita itu didukung oleh atmosfer respek positif dari orang lain atau juga respek timbal balik keduanya.
Satu hal yang pasti bahwa perjalanan hidup, suka duka dan perjuangan di masa lalu akan menjadi halaman terdepan yang sangat menarik untuk diceritakan pada saat perjumpaan dengan orang baru.
Tidak heran pada perjumpaan pertama, orang selalu terlihat menarik dan memesona, baik dari cara bercerita maupun sampai dengan aksen pemaknaan yang diberikannya.
2. Detail cerita itu akan sampai pada satu titik kemiripan satu dengan yang lainnya
Orang bisa saja mengatakan satu hal ini benar-benar aneh. Ya, dalam sesi perjumpaan dan cerita dengan orang baru selalu ada satu bagian cerita yang pasti mirip.Â
Kemiripan itu berkisar antara punya tantangan di masa lalu, pengalaman kesulitan, pengalaman penderitaan, pengalaman bersama dengan keluarga, kehilangan, kesuksesan dan masih banyak lagi lainnya.
Saya masih ingat satu perjumpaan saya dengan seseorang yang jauh dari Flores. Semula belum nyaman dalam berbagi cerita, namun sejam berikutnya, terasa ada kemiripan.Â
Lebih dari sekedar cerita tentang kemiripan teman itu ada pula kemiripan nasib, karena katanya karena ia kehilangan seorang ibu dan saya kehilangan sang ayah.
Tapi rupanya tingkat ketegaran menghadapi pengalaman kehilangan itu berbeda-beda, dia seperti sedang mencari kata peneguhan yang bisa menguatkannya berhadapan dengan pengalaman kehilangan ibunya.
Pada posisi sebagai pendengar, saya hanya bisa mendengar dan coba memberikan respek yang positif, sambil mencermati apa yang menjadi kehilangan partner bicara saya itu.
Ternyata dari kemiripan itu, kita bisa dimudahkan dalam menaruh perhatian dan mencermati pengalaman pribadi seseorang dan memberikan kekuatan kepada yang lainnya.
Kehilangan ternyata bisa diubah dengan bercerita dan menemukan kekuatan kata yang ditinggalkan sebagai representasi dari yang ditinggalkan.
3. Kekuatan kepercayaan dari pesona wajah dan intonasi suara lebih mudah ditampilkan dalam perjumpaan pertama
Hidup ternyata bisa bangkit hanya dengan kekuatan kata-kata dari teman bicara kita yang punya trust dan punya pancaran kegembiraan.
Saya jadi ingat kembali dalam suatu latihan bicara dengan orang yang hendak meninggal bersama seorang Profesor di Jerman.Â
Berkali-kali ia tegaskan bahwa jangan lupa kamu menggunakan kekuatan pesona wajah dan intonasi suaramu saat memberikan respon positif pada teman bicaramu.
Waktu itu kami cukup serius membuat latihan dalam kelompok. Dan menariknya bahwa latihan itu menjadi sesi penting setiap hari setelah bergumul dengan teori.
Saya menyadari bahwa membangkitkan rasa percaya dalam waktu singkat itu tidaklah mudah. Orang perlu membuat latihan keseriusan saat berhadapan dengan orang lain.
Hal itu sangat penting, mengapa? Pada prinsipnya kita tidak boleh membuat satu hal kecil sekalipun yang berdampak pada kekecewaan pada teman bicara kita.
Oleh karena itu, hal yang harus dihindari adalah tertawa pada saat teman bicara bercerita sangat serius tentang pengalaman dan pergulatan hidupnya.
4. Anggapan semua pengalaman itu baru bagi orang baru
Ada anggapan yang terkadang muncul dibawah sadar kita, bahwa cerita, pergulatan dan pengalaman kita semuanya adalah baru bagi orang baru.
Oleh karena anggapan itu, maka seseorang tidak pernah merasa enggan untuk membongkar cerita dan pengalamannya karena dia sudah yakin bahwa semua pengalamannya adalah sama sekali baru bagi teman bicaranya yang baru.
Rasa baru itulah yang memungkinkan seseorang mampu melupakan yang namanya pengulangan. Pengulangan akan tetap menarik saat berhadapan dengan orang baru.
Nah inilah ajaibnya suatu perjumpaan dengan orang baru. Energi keterbukaan dan kepercayaan seakan berpadu hingga tumpah ruah dalam cerita.
Tentu saja momen perjumpaan seperti itu patut disyukuri karena harus diakui bahwa tidak semua orang bisa menjadi teman bicara yang baik dan bisa membangkitkan rasa percaya.
Percayalah momen perjumpaan itu adalah saatnya kita berbagi dan saling menguatkan satu dengan yang lain dan sesama adalah dia yang mendatangkan kelegaan hatimu.
Salam berbagi, Ino, 7 Januari 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H