Tentu saja ada pengecualian, misalnya caleg dari keluarga berada mungkin hanya akan mementingkan kelompok elit.
Namun, situasinya bisa berubah, di mana caleg yang berasal dari lapisan masyarakat biasa bisa terlupa asal-usulnya setelah mencapai puncak karier politik.
Oleh karena itu, pada titik ini, yang perlu diperhatikan adalah melihat latar belakang perjuangan mereka sebagai manusia dalam kehidupan dan pendidikan.
Rekam jejak hanya dapat dilihat setelah seseorang memiliki karier politik, oleh karena itu, fokus pada masa lalu kehidupan seorang caleg menjadi penting.Â
Pertanyaannya adalah sejauh mana masyarakat dapat teliti melihat masa lalu caleg kita, terutama ketika ada banyak caleg.
Saya pikir, setidaknya sejauh mungkin, informasi mengenai masa lalu caleg dapat diperoleh dari guru, orangtua, atau bahkan langsung dari caleg tersebut.Â
Masa lalu dapat menjadi dasar pembentukan nilai-nilai dan perhatian terhadap kepentingan orang lain.
2. Menciptakan Ruang Cafe Socrates
Sebelum kita resmi memasuki periode pemilihan calon legislatif (caleg), seringkali terdapat banyak kesempatan untuk bertemu dengan para caleg.Â
Pertemuan-pertemuan semacam ini terutama terjadi karena adanya tekanan waktu.
Caleg cenderung aktif menjalin hubungan dengan masyarakat, terutama di desa-desa dan kampung-kampung, saat mendekati musim pencalonan.
Konteks seperti ini seharusnya menjadi kesempatan tepat bagi masyarakat untuk membentuk ruang Cafe Socrates. Cafe Socrates terinspirasi dari praktik yang dilakukan oleh filsuf Socrates sendiri.