Saya teringat ucapan Yesus yang sering salah dipahami: "Barangsiapa memiliki, maka akan diberikan kepadanya; tetapi barangsiapa tidak memiliki, maka apa yang dimilikinya akan diambil. Lukas 8:18"
Pesan yang dapat diambil dari teks ini adalah Yesus berbicara tentang iman dan pengetahuan. Ada hukum pertumbuhan dan kegagalan yang tidak bisa dihindari.
Pada dasarnya, siapa yang memiliki pengetahuan, ia akan tumbuh dalam pengetahuannya, asalkan ia mendengarkannya dengan hati yang baik dan ikhlas serta menjadikan apa yang didengarnya sebagai miliknya.
Saya berpikir bahwa perjuangan untuk menjadikan apa yang dipelajari di sekolah sebagai milik pribadi adalah hal yang selama ini belum efektif dalam mengubah cara hidup siswa.
Oleh karena itu, sekolah perlu memasukkan pelajaran tentang spiritualitas.
Spiritualitas dapat menjadi penghubung yang baik antara teori ilmu pengetahuan di sekolah dengan dimensi iman.
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh oleh siapa saja tanpa ada tanggung jawab yang kuat untuk mengamalkannya, tetapi jika ilmu tersebut dikaitkan dengan dimensi iman, maka akan ada tanggung jawab yang lebih kuat karena itu sudah menjadi pesan ilahi dari Tuhan.
Siapa saudaraku? Saudaraku adalah dia yang mendengarkan firman Tuhan dan melaksanakannya.
Mungkinkah Spiritualitas Cinta Diajarkan di Sekolah?
Sekolah mestinya menjadi tempat di mana siswa tidak hanya belajar teori, konsep, dan gagasan, tetapi juga belajar untuk memiliki cara hidup yang baik.
Cara hidup yang baik adalah cara hidup yang ditanamkan dalam kerangka spiritualitas. Cara hidup yang baik tidak hanya berhenti pada teori tentang pentingnya mencintai dan mengampuni orang lain, tetapi juga mencakup pemahaman bahwa Sang Pengajar Sejati telah mencintai manusia.
Spiritualitas cinta bersumber dari Allah yang adalah sumber kasih. Ada ungkapan Latin, 'Deus caritas est -- Allah adalah kasih.'