Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sisi Ganda dari Gentrifikasi dan Kekuatan dari Sebuah Pendekatan Sosial

26 September 2023   05:38 Diperbarui: 28 September 2023   02:56 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Wisata Pantai di Bali. (Foto: KOMPAS/HERU SRI KUMORO)

Gentrifikasi bukanlah sekadar istilah yang terdengar menarik, melainkan sebuah transformasi sosial yang memiliki sisi-sisi ganda yang perlu dipertimbangkan dengan bijaksana dan teliti | Ino Sigaze.

Di tengah arus global dengan segala macam perubahan yang terjadi saat ini, sangat mungkin bagi siapa saja untuk membicarakan topik gentrifikasi sebagai suatu transformasi sosial dari kota ke desa.

Gentrifikasi tidak hanya berhubungan dengan perpindahan fisik dan keputusan untuk pindah tempat tinggal, melainkan juga memiliki aspek-aspek yang dapat disebut sebagai keuntungan dan kerugian.

Sisi ganda dari gentrifikasi sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari sebuah keputusan. Namun, setiap konsekuensi dari keputusan tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Tulisan ini akan mengulas sisi ganda dari gentrifikasi dan menunjukkan bagaimana pendekatan sosial dapat menjadi model solutif yang dapat diandalkan untuk mencapai kestabilan.

Berikut beberapa sisi ganda dari gentrifikasi itu sendiri. Sisi Keuntungan dari pilihan hidup kembali di desa:

1. Penghematan secara Ekonomis

Secara ekonomis, hidup di desa memang berbeda jauh dari pilihan hidup di kota. Namun, perubahan ekonomis ini tidak terjadi secara spontan dan otomatis, melainkan semua perlu direncanakan dengan baik.

Individu perlu mempersiapkan lahan untuk hidup mereka jauh sebelum mereka secara fisik pindah. 

Mengapa hal ini penting? Pertimbangan ini sangat penting untuk menghindari tekanan psikologis saat perpindahan.

Jika seseorang sudah memiliki rencana, maka sebelum pindah, mereka sudah harus menyiapkan diri, seperti memiliki modal untuk membangun rumah dengan pekarangan yang mencukupi, serta lahan untuk menanam sayur guna memenuhi kebutuhan dapur.

Tanpa persiapan yang matang, secara ekonomis akan timbulnya biaya yang tak terduga. 

Bayangkan jika seseorang pindah tanpa memiliki rumah atau tanah untuk bercocok tanam, dan berhadapan dengan tradisi masyarakat desa yang mengharuskan menyambut orang baru dengan segelas kopi, kue, dan air minum.

Oleh karena itu, perencanaan awal sangat penting untuk mencapai penghematan ekonomis dalam gentrifikasi.

2. Pengalaman Orang Kota

Banyak penduduk desa akan melihat dan mendengar pengalaman orang kota sebagai cerita berharga.

Mereka sering menganggap bahwa individu yang pernah tinggal di kota memiliki pengalaman yang luas dalam bidang sosial dan ekonomi.

Oleh karena itu, mereka serius memperhatikan gagasan dan pandangan dari pendatang baru. Namun, penting untuk diingat bahwa pengalaman dan kata-kata harus diwujudkan dalam kenyataan.

Jika apa yang dikatakan oleh pendatang baru tidak sesuai dengan kenyataan, masyarakat desa mungkin akan menilai secara kritis.

Oleh karena itu, sebelum pindah secara definitif, individu perlu mempertimbangkan hal ini dan memiliki modal untuk mendukung gagasan dan wawasan mereka.

Selain itu, mereka juga perlu berperilaku sesuai dengan apa yang mereka bicarakan. Sebagai contoh, jika seseorang berbicara tentang pentingnya UMKM untuk mencapai kemandirian ekonomi, maka mereka juga harus memiliki usaha UMKM yang dapat dilihat oleh masyarakat lainnya.

3. Cara Hidup Mereka akan Menjadi Panutan

Gentrifikasi sekali lagi bukan hanya berurusan dengan aspek ekonomi dan kekayaan wawasan yang dapat dibagikan, melainkan juga tentang keteladanan hidup.

Umumnya, penduduk desa akan secara diam-diam mengamati apa yang positif dari orang-orang yang mengalami gentrifikasi. Ada hal-hal menarik, contohnya, orang dari kota hidup dengan kebiasaan yang disiplin, menjaga kebersihan, dan hemat.

Bagi penduduk desa, hal-hal seperti ini menjadi daya tarik, misalnya ketika mereka melihat orang yang baru pindah bangun pagi lalu membersihkan rumah dan halaman mereka.

Suami dan istri bekerja secara aktif bersama-sama, listrik dimatikan ketika siang hari tiba, dapur mereka terlihat bersih, anak-anak mereka berangkat ke sekolah tepat waktu, pada hari Minggu mereka pergi ke gereja, dan mereka hadir pada setiap pertemuan desa sesuai undangan.

Contoh-contoh di atas adalah kenyataan yang pernah saya saksikan di desa saya dari sebuah keluarga. Kenyataan ini membuktikan bahwa kebiasaan hidup yang baik akan menular kepada orang lain.

Saya menjadi teringat akan sebuah ayat dalam Lukas 8:16, "Tidak ada seorang pun yang menyalakan pelita, lalu menutupinya dengan bejana atau menaruhnya di bawah tempat tidur, tetapi ia meletakkan pelita itu di atas kaki dian, supaya setiap orang yang masuk dapat melihatnya bersinar."

Dalam hal ini, pantulan cahaya kebaikan sebagai bagian dari pengalaman hidup di kota perlu diungkapkan kembali di desa agar kebaikan tersebut dapat menyebar kepada orang lainnya.

Ketika proses ini terjadi, maka gentrifikasi, dalam arti sebagai sebuah transformasi sosial, akan benar-benar memberikan pengaruh positif di dalam konteks masyarakat desa.

Sisi Kerugian dari Gentrifikasi

Sisi ganda dari Gentrifikasi dan kekuatan dari sebuah pendekatan sosial | Dokumen diambil dari: Dictio.id
Sisi ganda dari Gentrifikasi dan kekuatan dari sebuah pendekatan sosial | Dokumen diambil dari: Dictio.id

1. Depresi Sosial Akibat Kebiasaan Baru yang Tidak Sesuai dengan Tradisi Sebelumnya

Sisi lain yang tidak dapat dihindari adalah kemungkinan terjadinya depresi sosial karena di desa akan ada banyak perubahan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, seperti perubahan lingkungan, kebiasaan, serta adat istiadat.

Hal ini bahkan telah menjadi suatu norma dan pranata sosial yang memiliki kekuatan sendiri.

Di desa, ada kewajiban moral dan solidaritas spontan yang muncul dari hati, yang tentu saja berbeda dengan konteks kota yang kadang kala lebih individualistik. Maksudnya adalah tingkat kepedulian yang berbeda.

Di desa, prinsip "lu dan gua" (saya dan kamu) tidak berlaku, yang ada adalah prinsip solidaritas. Sebagai contoh, jika tetangga sedang membangun rumah, kita perlu hadir dan memberikan dukungan, bukan hanya secara fisik tetapi juga dalam bentuk dukungan material.

Hal seperti itu sering kali terjadi tanpa rencana sebelumnya, terutama bagi pendatang baru yang tinggal di desa.

Kemungkinan terjadi jika tidak ada perencanaan anggaran rumah tangga adalah terjadinya pembengkakan biaya pengeluaran.

Masyarakat desa biasanya tidak memiliki catatan keuangan yang terperinci, sehingga pengeluaran dan pendapatan tidak terdokumentasi, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial.

Depresi sosial juga dapat semakin meningkat ketika ada acara hajatan dengan musik yang berlangsung selama berhari-hari. Bagaimana tetangga-tetangga bisa tidur dengan nyaman?

Beberapa daerah di Flores, misalnya, memiliki tradisi mengadakan pernikahan dengan acara musik yang berlangsung selama beberapa hari.

2. Stres dalam Proses Adaptasi terhadap Budaya Pinjam di Desa

Adaptasi terhadap budaya baru bisa menjadi proses yang sulit, karena setelah seseorang sudah terbiasa, sulit untuk mengubahnya kembali.

Namun, jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan kebiasaan "pinjam-meminjam" yang umum di desa, maka bisa saja merasa tidak nyaman dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda.

Di desa, kebanyakan orang hidup dengan prinsip "pinjam." Mereka berpikir bahwa jika ada seseorang dengan kondisi ekonomi yang lebih baik, seperti pendatang baru dari kota, maka mereka adalah sasaran pinjam uang.

Orang-orang akan berkunjung dan meminjam uang. Namun, momen peminjaman ini bisa menjadi dilema. Jika kita tidak memberikan pinjaman, mereka mungkin akan menganggap kita tidak baik, tetapi jika kita memberikan pinjaman, mereka mungkin akan datang lagi tanpa mengembalikan pinjaman sebelumnya.

Selain uang, hal yang sering dipinjam di desa adalah barang-barang dan peralatan rumah tangga. Masalahnya, barang-barang yang dipinjam sering kali tidak memiliki tanggal pengembalian yang jelas.

Ketika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan kebiasaan pinjam-meminjam ini, maka mereka bisa mengalami stres dan bahkan isolasi sosial.

3. Urusan Adat yang Tidak Pernah Berakhir dan Selalu Muncul

Masalah terbesar yang sering kali tidak disebutkan dalam pengalaman orang-orang yang mengalami gentrifikasi adalah bagaimana mereka terlibat dalam urusan adat di desa.

Di desa, konsep keluarga memiliki arti yang sangat penting. Masyarakat desa sering kali menganggap bahwa semua orang di desa itu seolah-olah merupakan bagian dari keluarga mereka.

Urusan adat dalam desa selalu menjadi bagian dari urusan kolektif. Di sana, orang sudah terbiasa memberi sebagai bentuk solidaritas. 

Misalnya, dalam acara pemakaman, jika ada beberapa pemakaman dalam waktu yang berdekatan, keluarga harus memberikan sumbangan yang besar, dan ini adalah kewajiban sosial. Dalam situasi seperti ini, jumlah uang yang harus dikeluarkan bisa sangat besar.

Semua masalah ini tidak dapat dihindari dan bisa menciptakan tekanan psikologis dalam konteks gentrifikasi.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk mengalami gentrifikasi, penting untuk mempertimbangkan dengan bijak sisi-sisi keuntungan dan kerugian.

Transformasi sosial tidak selalu menghasilkan perubahan positif dan dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan ekonomi.

Oleh karena itu, seseorang perlu mempertimbangkan dengan baik mengenai kebiasaan, adat istiadat, dan mentalitas masyarakat desa.

Bahkan lebih penting lagi, orang perlu mengembangkan pendekatan sosial yang tepat untuk memahami situasi di desa yang akan menjadi sasaran gentrifikasi.

Model pendekatan sosial yang penting dilakukan antara lain:

1. Pendatang baru perlu bergaul dengan semua orang dan membangun jaringan kerja sama dengan warga sekitar yang dapat membantu masyarakat dalam bidang sumber daya manusia.

2. Mereka perlu mengikuti forum-forum seperti Gesa atau mengikuti diskusi ringan dengan warga desa untuk memahami adat dan kebiasaan yang sedang berlaku di desa tersebut.

3. Mereka perlu berbagi ilmu dan pengetahuan mereka kepada warga desa terkait tips hidup sejahtera, kesehatan, dan kemajuan ekonomi.

4. Mereka perlu bersikap terbuka terhadap siapa pun yang datang ke rumah mereka, dan sebaliknya, mereka juga perlu menjalin hubungan dengan tetangga dengan cara berkunjung ke rumah mereka.

Salam berbagi, Ino, 26.09.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun