Hal ini bahkan telah menjadi suatu norma dan pranata sosial yang memiliki kekuatan sendiri.
Di desa, ada kewajiban moral dan solidaritas spontan yang muncul dari hati, yang tentu saja berbeda dengan konteks kota yang kadang kala lebih individualistik. Maksudnya adalah tingkat kepedulian yang berbeda.
Di desa, prinsip "lu dan gua" (saya dan kamu) tidak berlaku, yang ada adalah prinsip solidaritas. Sebagai contoh, jika tetangga sedang membangun rumah, kita perlu hadir dan memberikan dukungan, bukan hanya secara fisik tetapi juga dalam bentuk dukungan material.
Hal seperti itu sering kali terjadi tanpa rencana sebelumnya, terutama bagi pendatang baru yang tinggal di desa.
Kemungkinan terjadi jika tidak ada perencanaan anggaran rumah tangga adalah terjadinya pembengkakan biaya pengeluaran.
Masyarakat desa biasanya tidak memiliki catatan keuangan yang terperinci, sehingga pengeluaran dan pendapatan tidak terdokumentasi, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan finansial.
Depresi sosial juga dapat semakin meningkat ketika ada acara hajatan dengan musik yang berlangsung selama berhari-hari. Bagaimana tetangga-tetangga bisa tidur dengan nyaman?
Beberapa daerah di Flores, misalnya, memiliki tradisi mengadakan pernikahan dengan acara musik yang berlangsung selama beberapa hari.
2. Stres dalam Proses Adaptasi terhadap Budaya Pinjam di Desa
Adaptasi terhadap budaya baru bisa menjadi proses yang sulit, karena setelah seseorang sudah terbiasa, sulit untuk mengubahnya kembali.
Namun, jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan kebiasaan "pinjam-meminjam" yang umum di desa, maka bisa saja merasa tidak nyaman dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda.