Pada saat itu, seorang bapak yang memiliki kemampuan khusus menyampaikan pesan politik melalui syair bahasa daerah dengan sangat indah: "Bapa Camat, kau tozo raza kami ndia, kami muri susa, raza kami zae gaga, kau pati apa? Bapa Camat, engkau bisa melihat secara langsung keadaan jalan kami, kami hidup susah, jalan kami belum bagus, engkau memberikan apa?"
Pesan politik disampaikan pada momen yang tepat umumnya efektif, karena terasa lebih menyentuh hati manusia.
Komunikasi Politik dan Interpretasi Hermeneutik
Lagu "Ganjar siji, Ganjar kabeh" terdengar sederhana, tetapi lagu tersebut terbuka untuk interpretasi hermeneutik.Â
Oleh karena itu, saya mencoba memberikan interpretasi berdasarkan syair sederhana tersebut.
Pertama, "Ganjar siji, Ganjar kabeh": "siji" dan "kabeh" adalah bahasa Jawa yang dipahami oleh jutaan rakyat Indonesia.Â
Dengan menyanyikan lagu dengan diksi tersebut, tanpa disadari pendengar akan tenggelam dalam pesan bahwa ada pesan tersembunyi bahwa Ganjar adalah satu-satunya yang dapat menyatukan kita semua.
Namun, orang dapat memberikan interpretasi dengan logika berikut: jika kita semua bersatu, maka Ganjar akan menjadi pemenangnya.Â
Namun, kita harus menyadari bahwa itu bukan maksud dari seniman gimbal tersebut. Itu hanyalah tafsiran terbuka berdasarkan diksinya.Â
Inilah mengapa penting untuk menggunakan diksi yang sesuai dengan budaya kita sendiri.
Kedua, "Ganjar di mana-mana": bagian ini ingin menyampaikan bahwa Ganjar adalah bagian dari kehidupan rakyat Indonesia.Â