2. Koperasi memiliki bahasa komunikasi sendiri
Dalam konteks lokal, misalnya, ibu-ibu rumah tangga cenderung enggan berkomunikasi dengan pegawai bank yang berpenampilan seperti pramugari dan hanya berbicara bahasa Indonesia.
Namun, koperasi hadir dengan sesuatu yang berbeda. Di sana, mereka disapa dengan bahasa daerah yang sesuai dengan tingkat komunikasi bagi ibu-ibu sederhana.
Dari kenyataan inilah koperasi menjadi sangat diminati oleh orang-orang lokal atau masyarakat desa sendiri.Â
Koperasi memiliki bahasa sendiri yang menjangkau realitas kehidupan mereka.
3. Koperasi memiliki ruang diskusi yang menangani kesulitan masyarakat
Terlihat jelas bahwa pegawai koperasi lebih ramah dan memiliki emosi budaya yang berbeda. Mereka dengan senang hati mendengarkan keluh kesah masyarakat yang datang untuk meminjam uang.
Saran, anjuran, dan solusi untuk kesulitan aktual masyarakat dapat dibicarakan secara langsung dan alternatif yang membantu untuk mengatasi masalah tersebut dapat ditawarkan.
Di koperasi, terdapat empati dan simpati dalam konteks pelayanan. Meskipun begitu, pembukuan dan dokumen peminjaman tetap jelas dan teratur.
Koperasi memberdayakan masyarakat melalui beragam program yang mereka tawarkan. Jika diperhatikan dengan baik, sebenarnya koperasi memiliki berbagai jenis simpanan.Â
Saya masih ingat beberapa nama yang cukup terkenal seperti simpanan harian (Sibuhar), simpanan bulanan, dan sebagainya.