pengobatan tradisional yang dilakukannya dirasakan secara langsung sebagian orang, bahkan bisa dibilang ajaib dan mujarab.
Ida Dayak merebut sorotan media akhir-akhir ini. PraktekPertama saya menonton video penyembuhan yang dilakukan Ida Dayak itu tahun 2015.
Saya heran dengan keajaibannya. Apa yang dilakukan dan apa yang terjadi itu sungguh nyata. Ya, Ida Dayak bisa menyembuhkan orang-orang sakit, secara khusus mereka yang punya problem dengan tulang.
Ida Dayak dan pengobatan tradisionalnya diterima masyarakat Dayak
Praktek pengobatan yang dilakukan Ida Dayak disambut dengan baik oleh orang-orang di daerahnya.Â
Oleh karena cara dan gaya penyembuhannya yang lucu dan biasanya dibunyikan musik-musik, maka terlihat Ida Dayak melakukan itu dengan senang dan gembira.
Kesembuhan yang dialami masyarakat itu nyata. Pengalaman penyembuhan itu saat ini tidak hanya orang-orang dari Kalimantan saja, tetapi semakin luas orang mengenalnya.
Orang-orang dari luar Kalimantan mulai berdatangan ke sana untuk menjumpai Ida Dayak.Â
Kemarin malam, saya sempat menonton videonya Ida Dayak yang sedang mengobati seorang anak yang tangan kanannya bengkok mulai dari siku, pergelangan tangan dan jari-jarinya.
Dalam waktu mungkin hanya 10 menit setelah digosok dengan minyak yang sedikit berwarna merah, maka Ida Dayak bisa menarik tangan itu dan semuanya menjadi lurus kembali.
Sembuh dalam waktu singkat, bukankah itu suatu keajaiban? Ida Dayak, putri Dayak yang ajaib itu kini mulai direbut publik yang luas.
Ida Dayak jadi viral hingga pro dan kontra
Banyak pihak mulai buka mata dan mengkritisi gerak langkah Ida Dayak. Bahkan ada tuduhan yang tidak masuk akal. Seakan-akan itu ada trik dan manipulasinya.
Sementara itu, banyak pula orang yang pernah mengalami kesembuhan secara nyata. Apakah itu sebuah manipulasi? Saya yakin tidak.
Model manipulasi yang berkembang saat ini adalah orang menggunakan fenomena Ida Dayak dengan sorotan yang tajam dan kontras untuk meningkatkan popularitas pribadinya.
Bahkan dalam satu dialog di TV ada seorang dokter yang menganggap bahwa fenomena Ida Dayak itu biasa saja, karena sejak dulu kala sudah ada praktek seperti itu.
Memang praktek penyembuhan secara tradisional itu ada sejak dulu kala dan ada di mana-mana. Saya yakin bahwa praktek penyembuhan secara tradisional itu ada di setiap budaya dan daerah.
Apakah saat ini Ida Dayak melanggar kode etik medis?
Saya kira tidak, karena orang sendiri yang datang kepada Ida Dayak. Lalu Ida Dayak sendiri tidak meminta bayaran. Ia hanya menjual ramuan atau obat-obatan racikannya sendiri.
Pada sisi yang lain, kesembuhan yang boleh dialami oleh pasiennya bukan lagi tunggu lama-lama, tetapi pada saat itu juga.Â
Tentu saja bahwa jika sebagian besar orang datang berobat pada momen praktek Ida Dayak dan mengabaikan ruang pengobatan resmi dan profesional dalam standar medis, maka sudah pasti ada tuntutan dan perhitungan lainnya.
Saya pikir hal itu baik untuk dikaji supaya Indonesia perlu memikirkan model perawatan tidak hanya medis dengan standar ilmu kedokteran, tetapi juga perlu ada kerjasama dengan model pengobatan tradisional alternatif khususnya berkaitan dengan urusan tulang.
Mungkinkah kolaborasi pengobatan medis dan tradisional diakui di Indonesia?
Model pengobatan tradisional mungkin sampai dengan saat ini belum diakui secara hukum, namun sebagian orang sudah merasakan langsung betapa efektif, praktis dan murahnya pengobatan tradisional itu.
Sayangnya kita tidak punya penelitian seberapa besar pengobatan tradisional yang gagal praktek hingga pasiennya jadi korban.Â
Dalam konteks pengobatan tradisional Ida Dayak, tampaknya sangat kecil kemungkinan pasien yang tidak tertolong dan sembuh. Itu berarti model pengobatan tradisional juga diminati masyarakat dan baik untuk menolong kesembuhan dan keselamatan masyarakat kita sendiri.
Oleh karena itu, ada beberapa usulan yang penting:
Pertama, tidak perlu sebenarnya ribut dengan kode etik, aturan macam-macam, tetapi mungkin akan menjadi lebih baik, jika pemerintah perlu memberikan ruang perlindungan dan pengakuan kepada Ida Dayak sesuai dengan talenta dan kemampuan yang dimilikinya.
Kedua, jasa dan perjuangan Ida Dayak selama ini yang sudah menyembuhkan begitu banyak orang perlu diapresiasi pemerintah.Â
Ketiga, kemungkinan ruang praktek penyembuhan tradisional perlu dibuka ke publik dengan dilindungi undang-undang pemerintah daerah.
Keempat, mungkinkah adanya persatuan orang-orang yang punya kemampuan khusus itu untuk tugas pengobatan tradisional?
Pengalaman sebagai pasien pengobatan tradisional di Flores
Di setiap daerah pasti saja ada orang yang punya kemampuan khusus mengobati pasien yang berurusan dengan problem tulang.Â
Tahun 2005 ketika masih kuliah, saya pernah mengalami cedera pada lutut di lapangan sepak bola. Waktu itu saya nyaris tidak bisa jalan sama sekali.
Teman-teman saya langsung mengarahkan saya ke seorang Duá Lut yang punya pengobatan tradisional dengan menggunakan metode uap. Duá Lut tinggal di wilayah Nita, Maumere, Flores, NTT.
Siapa saja yang pernah cedera atau yang berurusan dengan tulang, pasti mencari ibu itu. Tampak sedikit berbeda dengan Ida Dayak. Tetapi yang pasti bahwa mereka punya metode masing-masing.
Duá Lut selalu menyiapkan air panas lalu dimasukan ramuan khusus ke dalam air, lalu bagian yang sakit atau cedera itu ditutup dengan air supaya uapan air dengan ramuan itu bisa terfokus pada bagian yang sakit.
Dalam waktu dua hari saya sudah bisa berjalan seperti biasa. Ya, saya sembuh berkat bantuan pengobatan tradisional Duá Lut di Nita.
Jenis pengobatan tradisional itu ada di setiap daerah. Di Ende ada Bapak Andreas yang terkenal di wilayah Woloare, Ende. Di Kabupaten Nagekeo misalnya ada seorang di Maunori yang menurut saya luar biasa.
Keponakan saya beberapa waktu lalu tangan kanannya patah persis di bawah bagian sikunya. Dalam sebulan perawatan dengan seorang bapak yang punya pengobatan tradisional itu, tangan keponakan saya sudah sembuh seperti biasa.
Pengalaman dan kenyataan ini, memberikan perspektif bahwa sebenarnya di Indonesia masih ada jenis pengobatan tradisional yang belum resmi diterima dan diakui negara.
Oleh karena tidak adanya pengakuan itu, maka jasa pengobatan mereka sering tidak diperhitungkan, kecuali secara pribadi oleh pasien.
Tentu bukan saja soal jasa-jasa mereka bagi kesehatan manusia umumnya, lebih dari itu sebenarnya mereka membutuhkan pengakuan publik dan apresiasinya.Â
Salam berbagi, ino, 12.04.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H