Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kursus Integrasi Budaya, Pintu Bebas Resah dari Wisman Nakal

18 Maret 2023   04:35 Diperbarui: 21 Maret 2023   14:47 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu hal-hal umum seperti tentang tata tertib berlalu lintas dan kewajiban memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). 

Demikian juga bagi wisman yang mau mengurus SIM di tanah air, mereka mesti mengikuti paket kursus integrasi itu. Konsekuensinya, tidak bisa lagi ada sistem beli SIM atau pengurusan SIM gratis atau SIM murah.

Semua harus melalui proses yang bisa dipertanggungjawabkan. Hal seperti itu sangat penting. Mengapa?

1. Sebagai bangsa yang beradab kita harus bisa menunjukkan bahwa kita punya prinsip dan orang lain harus juga belajar dari kita dan tentang kita.

2. Penting untuk menjaga brand tentang Indonesia. Rasanya malu banget kalau dengar bule yang bilang, "Ah di Indonesia semuanya gampang, bisa dibeli dan disogok."

3. Kewibawaan bangsa ini harus mulai dibuktikan dengan cara-cara praktis yang mendidik orang lain di satu sisi, dan juga menjadikan budaya dan peradaban bangsa kita sebagai satu nilai jual yang menghidupkan bangsa kita sendiri pada sisi lainnya.

4. Negara-negara Eropa telah menjadikan integrasi bukan saja hanya sebagai satu istilah, tetapi suatu proses yang menyerap tenaga kerja dan pemasukan warga negara, lalu kapan kita bisa lakukan itu?

Puaskah kita hanya dengan mengeluh tentang wisman yang nakal dan meresahkan itu?

Saya pikir sudah saatnya kita berbenah. Kita tidak membenci wisman, tetapi kita perlu mendidik wisman, agar mereka bisa lebih beradab dan dari proses itu secara ekonomi kita menemukan lapangan pekerjaan baru di sana.

Salam berbagi, ino, 18.03.2023.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun