Dari situ saya mengerti, mengapa para sarjana di masyarakat yang merupakan hasil dari perjokian itu tidak bisa tampil di tengah masyarakat, yakni karena kurangnya rasa percaya diri mereka.
Hati mereka tetap berkata jujur bahwa sebenar mereka tidak mampu karena hasil yang ada itu adalah karya orang lain dan bukan karya mereka sendiri.
Rupanya perjokian itu ada hubungannya dengan mental malas. Kemalasan itu akhirnya orang tidak mau berjuang sendiri dan lebih mencari jalan pintas.Â
Dampak dari kemalasan dan suka mencari jalan pintas itu adalah lack of confidence.
Pada prinsipnya, ada hubungan antara ungkapan sehari-hari dalam bahasa daerah, budaya dan mentalitas manusia, yang secara konkrit nyata dalam ungkapan "Napa tean", budaya menunggu dan terima bersih, mentalitas malas dan perjokian, yang berdampak pada kenyataan lack of confidence.
Salam berbagi, ino, 20.02.2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H