Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apa yang Bisa Saya Katakan Saat 2 Tahun Menulis di Kompasina

27 Januari 2023   04:18 Diperbarui: 27 Januari 2023   04:24 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan-lahan saya mulai membaca tulisan para senior Kompasiana yang juga banyak menulis tentang bagaimana supaya bisa memperoleh label Headline, tapi pada akhirnya penulis selalu bilang, tetap saja itu sangat sulit.

Saya semakin memahami bahwa menulis dengan target memperoleh pilihan saja sudah sulit, apalagi memperoleh Artikel Utama. Meskipun demikian, motivasi saya untuk menulis tidak pernah kendur.

Menulis itu proses mengenal diri

Saya menulis dan terus menulis apa saja. Saya akhirnya menyadari bahwa menulis itu suatu proses mengenal diri. Mengapa saya mengatakan seperti itu? 

Pada dasarnya saya tidak tahu apakah tulisan saya baik atau gak, berisi atau gak karena apa yang saya tulis tidak pernah dinilai oleh orang lain.

Nah, di Kompasiana tulisan semua penulis dibaca dan diberi nilai apakah layak untuk pilihan atau gak, apakah layak untuk artikel utama atau gak.

Dari kenyataan perbedaan itu, saya semakin terbawa untuk masuk ke dalam diri sendiri dan bertanya diri. Apakah tulisan saya ini sudah baik dari segi kata-kata, pesan, isinya dan juga struktur dan logikanya.

Saya tahu bahwa poin-poin itu penting , namun cenderung menulis itu mengalir begitu saja sampai lupa bertanya sudah ada isinya atau belum. Kemudian pengennya cepat-cepat posting.

Rasa penasaran supaya memperoleh label lebih besar dari waktu untuk menyiapkan tulisan secara baik. Konyol bukan? Saya akhirnya menertawakan diriku sendiri dan berusaha mengendalikan keinginan diri yang tidak teratur.

Dari tulisan itulah saya belajar mengenal emosi diri saya dan belajar menjadi tenang untuk mempertimbangkan beberapa hal yang penting dalam setiap tulisan.

Saya selalu pikir seperti ini, kalau tulisan itu tidak punya pesan, ya ngapain saya tulis? Dan kalau pesannya itu tidak baik, ngapain pula ditulis? Dalam proses menulis itulah, saya perlahan-lahan mengenal diri.

Bukan soal banyaknya, tetapi soal kualitasnya

Fase pernah menjadi kecewa dengan diri sendiri juga saya alami. Saya kecewa karena ada sekitar 40 artikel lebih, tidak diberi label pilihan selama dua tahun menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun