Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Awan, Kursi Kosong dan Kata Hati

13 Januari 2023   15:27 Diperbarui: 13 Januari 2023   15:34 1070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sengaja dilakukannya? Kali ini giliran saya yang lupa bertanya, "mengapa sengaja meninggalkan topi pada kursi kosong itu?"

Saya tidak kecewa karena lupa bertanya. Pada sisi yang lainnya, saya senang bahwa saya menyadari bahwa ada yang saya lupa.

Dari yang saya lupa, saya tahu bahwa semua orang bisa lupa tak peduli berapa usianya. Cetus seorang profesor di meja ketika saya lupa ingat tentang nama seseorang, "Ah ha..ternyata saya tidak sendiri saudaraku."

Dengan senyum dan tertawa dia katakan itu, bahwa lupa bukan saja milik seorang tua yang berusia 65 tahun, tapi juga bisa diusia muda.

Kursi kosong apa itu mungkin karena orang lupa mendudukinya? Saya kira tidak. Ada banyak sistem dan struktur yang mengatur segala sesuatu, sehingga ada sesi di mana ada kekosongan.

Bayangan kekosongan dan kekosongan selalu menjadi momen perbincangan, tentu saja bukan cuma soal pria tua yang lupa topinya di sana.

Ruangan sepi, cuma sedikit perawat gigi yang mondar mandir tanpa menyapa dan bertanya mesti janjian sudah tidak sesuai waktunya.

Apakah mereka lupa bahwa saya punya janjian pukul 14.45? Menunggu di depan kursi kosong, buat pikiran jadi kosong.

Dari pada pikiran kosong, mendingan tulis saja tentang kursi kosong.  Kadang orang bertanya mengapa ideku kosong, maksudnya tidak ada ide untuk menulis.

Mestinya orang bisa menulis mulai dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Di ruang kosong saya tidak pernah melihat kekosongan, apalagi ketika ada jendela transparan.

Pandangan mata akan menembus jendela dan melampaui bingkai-bingkainya. Di sana ada awan yang menanti setiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun