Apa sengaja dilakukannya? Kali ini giliran saya yang lupa bertanya, "mengapa sengaja meninggalkan topi pada kursi kosong itu?"
Saya tidak kecewa karena lupa bertanya. Pada sisi yang lainnya, saya senang bahwa saya menyadari bahwa ada yang saya lupa.
Dari yang saya lupa, saya tahu bahwa semua orang bisa lupa tak peduli berapa usianya. Cetus seorang profesor di meja ketika saya lupa ingat tentang nama seseorang, "Ah ha..ternyata saya tidak sendiri saudaraku."
Dengan senyum dan tertawa dia katakan itu, bahwa lupa bukan saja milik seorang tua yang berusia 65 tahun, tapi juga bisa diusia muda.
Kursi kosong apa itu mungkin karena orang lupa mendudukinya? Saya kira tidak. Ada banyak sistem dan struktur yang mengatur segala sesuatu, sehingga ada sesi di mana ada kekosongan.
Bayangan kekosongan dan kekosongan selalu menjadi momen perbincangan, tentu saja bukan cuma soal pria tua yang lupa topinya di sana.
Ruangan sepi, cuma sedikit perawat gigi yang mondar mandir tanpa menyapa dan bertanya mesti janjian sudah tidak sesuai waktunya.
Apakah mereka lupa bahwa saya punya janjian pukul 14.45? Menunggu di depan kursi kosong, buat pikiran jadi kosong.
Dari pada pikiran kosong, mendingan tulis saja tentang kursi kosong. Â Kadang orang bertanya mengapa ideku kosong, maksudnya tidak ada ide untuk menulis.
Mestinya orang bisa menulis mulai dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Di ruang kosong saya tidak pernah melihat kekosongan, apalagi ketika ada jendela transparan.
Pandangan mata akan menembus jendela dan melampaui bingkai-bingkainya. Di sana ada awan yang menanti setiap orang.