Satu hal yang saya percaya adalah bahwa menulis itu bisa menyembuhkan; menulis itu semakin membuka cakrawala berpikir; menulis itu mendewasakan cara berpikir, menulis itu sama dengan mewariskan cerita hidup | Ino Sigaze.
Sebelum matahari terbenam dan detak waktu beranjak pergi meninggalkan lintas waktu 365 hari, sebagian besar orang yang mengenal media sosial pasti meninggalkan barisan kata-kata pada dinding medianya, entah di Facebook, IG, Twitter, dan lain sebagainya.
Umumnya barisan kata-kata itu tidak lagi bersentuhan dengan mencibir kehidupan orang lain, tetapi sebaliknya setiap orang masuk ke wilayah privatnya. Tentu saja apa yang dikatakan penting untuk dirinya dan bisa saja menyentuh hati sesamanya.
Ada bagian dari sesi kehidupan manusia selama setahun itu punya refleksi dengan aksen yang sama, meskipun berbeda cerita dan pengalamannya.
Ada 5 cerita tentang 365 hari yang umumnya mirip terjadi pada semua orang:
1. Cerita tentang keberuntunganÂ
Mustahil bagi manusia bahwa selama setahun itu tidak pernah mengalami satu hari keberuntungan. Ukuran paling minimalis tentunya orang bisa mengatakan hanya ada satu hari yang paling beruntung, akan tetapi jika mata dan hati kita jauh lebih terbuka lagi melihat ke dalam diri dan kehidupan kita, maka di sana ada 365 hari keberuntungan.
Siapa saja yang bisa menulis hari ini, tentu saja itu berarti dia memperoleh keberuntungan selama setahun. Keberuntungan yang paling penting yang sering dilupakan manusia ketika merenungkan tentang keberuntungan itu sendiri adalah bahwa kita bisa hidup selama 365 hari.
Mengapa bisa demikian? Sehebat-hebatnya manusia, ia tidak bisa berkuasa atas hidupnya sendiri. Nah, kalau masih bisa hidup selama 365 hari, itu berarti suatu keberuntungan luar biasa.
Dari kesadaran seperti ini, orang bisa menjadi lebih positif melihat dan menilai hidupnya. Keberuntungan berikutnya otomatis akan menyusul yakni orang pasti bisa bersyukur kepada Tuhan dan sesamanya.
Dari situlah setiap orang akan menemukan hari-hari keberuntungan dan satu momen untuk bersyukur secara sangat mengagumkan. Coba bayangkan kalau Tuhan itu menjual nafas setiap hari; dan siapa yang tidak membelinya, maka hidupnya akan berakhir, maka betapa kayanya Tuhan.Â